Minggu, 19 Januari 2014

Transkrip Penjelasan Al-Ustadz Asykari Tentang Pembacaan Surat Syaikh Fauzan dan Kondisi Ustadz Dzulqarnain


Transkrip Penjelasan Al-Ustadz Asykari Tentang Pembacaan Surat Syaikh Fauzan dan Kondisi Ustadz Dzulqarnain
Tanya Jawab Bersama Al Ustadz Abu Muawiyah Asykari * 16 Rabi‘ul Awwal 1435H * 18/01/2014M * Masjid Ibnu Taimiyah, Solo

[Tanya]
Tentang surat Syaikh Shalih Fauzan yang dibacakan oleh Syaikh Adil Mantsur ada yang mengartikan bahwa di Indonesia sudah ada Mufti yang bisa dimintai FATWA yaitu Ust. Dzulqarnain … Apakah benar pengertian dari surat tersebut?

[Jawab]
Saya tidak memahaminya seperti itu. Ya. Kalau ada Mufti di Indonesia ini...?

Kalau yang namanya MUFTI banyak..! Yg namanya MUFTI BIN FULAN banyak … tapi kalau MUFTI AHLI FATWA …? Allahul musta'aan.

Ada cerita yg disebutkan oleh Syaikh Abdullah Al-Bukhari tapi saya tidak ingin ceritakan. ya.. Na'am.

[Tanya]
Dengan adanya hal (surat, pen) tersebut, maka orang-orang yang menyampaikan atau yang membacakan surat Syaikh Hani yang pertama harus meminta maaf kepada Ust Dzulqarnain. Bagaimana hal seperti ini?

[Jawab]
Jadi sekarang terbalik … keluar FATWA SYAIKH RABI’ dan TAHDZIR Ust. Dzulqarnain .. ada ana bawakan. Na'am.

Sekarang terbalik
~ Syaikh Rabi’ salah dalam berfatwa
~ Syaikh Hani mendengar dari satu pihak
~ Ustadz-Ustadz menyampaikan berita dusta,

yang benar hanya satu
~ yang lain itu salah semua!!! ya..

Padahal syaikh Rabi mentahdzir
~ tahdzir mufashshal,
~ yang jelas,
~ yang rinci sesuai dgn waqi’.

Apa kewajiban org yg sudah ditahdzir?

Semestinya mengamalkan firman Allah subhanahi wa ta'ala:
~ kecuali orang-orang yang bertaubat,
~ sesudah itu memperbaiki apa yang telah mereka rusak
~ dan kemudian menjelaskan….”

... menerangkan, bukan diam. “oh saya lebih baik diam! Kalau ngomong nanti bikin fitnah...”

TIDAK!!! HARUS DIJELASKAN. Maka selama belum terpenuhi 3 syarat ini, maka tahdzir itu tetap berlaku. Ini yg harus difahami. Jangan dibilang syaikh hani minta maaf … g ada dalam surat minta maaf. ya.

Dengarkan ini, perkataan Syaikh Rabi bin Hadi hafidzahullahu Ta'ala, yang saya dengarkan langsung setelah shalat Maghrib, setelah terjadi pertemuan (Ust. Dzulqarnain dan Syaikh Rabi, pen.), maka saya mendatangi bersama salah seorang ikhwan yang tinggal di Makkah, datang Syaikh Rabi’ menanyakan tentang hal ini, maka nash ucapan Syaikh Rabi, ini nashnya:

Kata beliau: “Saya telah menasihatinya dan beliau menjanjikan kebaikkan. Kalau benar Alhamdulillah. Kalau tidak benar, maka ini perkara lain. Setiap permasalahan ada hukumnya tersendiri.”

Janji sudah menyatakan taubat, iya kan? Alhamdulillah dan itu sudah ditulis dengan penuh kemudahan untuk bertaubat, untuk kembali. Alhamdulillah. Kan janji ada yang ditepati dan ada pula yg tidak, maka kita menunggu. Na'am. Selama tidak ada Al-Ishlah wa Tabyi (perbaikan dan penjelasan), maka tahdzir itu berlaku.

Ini juga yang dinasehatkan oleh Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhari hafidzahullah ketika kami bertemu beliau di Madinah setelah Shalat Jum'at bahawa dia harus bisharrihh (memperjelas dalam hal-hal apa yang dia rujuk). Dan ini juga nasehat dari Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madhakhai hafidzahullahu ta'ala. Saya kira nasehat dari ketiga-tiga masyaikh ini sudah cukup. Na'am.

[Tanya]
Pasca tahdzir Syaikh Rabi' terhadap Ust. Dzul, ternyata muncul bantahan-bantahan dari orang-orang fanatik dengan beliau bahkan ada yang langsung dikirim melalui SMS ke hp-hp kami. Mohon nasehatnya.

[Jawab]
Kalau g mau membaca bantahan-bantahan itu, matikan hp nya. Ya, atau ganti nomornya. Ya, daripada pusing membaca SMS yang beredar kadang-kadang tidak jelas sumbernya. Daripada menyibukkan, jangan dipedulikan. Ya, yang penting bagi kita mengamalkan nasehat masyaikh, mengamalkan nasehat para ulama, ya. Apabila sudah terpenuhi 3 syarat, Alhamdulillah dan itu yang diperintah oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Saya kira sampai di sini ya ikhwan, Wallahu Ta'ala A'lam Bishshawab.

Download/Dengarkan rekaman audio di sini:
:: http://bit.ly/1ji8Q4T atau http://bit.ly/KtNlkZ
Sumber : Abul Abbas Muhammad Shukri