Senin, 29 Februari 2016

Keadaan Beberapa Ulama Ketika Meninggal Dunia



Tanda Husnul Khotimah

‏ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺒﺮ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :

" ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻃﺎﻟﺒﺎً ﻟﻠﻌﻠﻢ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺎﺕ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺨﺎﺗﻤﺔ ﻷﻧﻪ ﻣﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﻋﺔ ﻋﻈﻴﻤﺔ ."!
 ﺍﻟﻤﺼﺪﺭ : [ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻌـﻠﻢ ]

Berkata al-Hafidz Ibnu Abdil Barr, "Barang siapa yang meninggal dalam keadaan dia menuntut ilmu (syar'i), maka itu tanda husnul khotimah kerana dia meninggal diatas amalan yang sangat agung."


حالات وفاة فيها عبرة
صنف الإمام الكبير ابن رجب شرح صحيح البخاري ووصل إلىٰ الجنائز ثم مات رحمه الله.!

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

تفسير "أضواء البيان" للشيخ محمد الأمين الشنقيطي رحمه الله:
وصل فيه إلىٰ قوله تعالىٰ: "أولئك حزب الله ألا إن حزب الله هم المفلحون" ثم تُوفي.

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

وتوفي الإمام ابن حجر العسقلاني رحمه الله وهو يُقرأ عليه قوله تعالىٰ: (سلامٌ قولاً من رب رحيم) .

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

وتوفي الإمام ابن تيمية وهو يقرأ قول الله: (إن المتقين في جنات ونهر في مقعد صدق عند مليك مقتدر).

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

توفي الشيخ زيد بن محمد بن هادي المدخلي وهو يشرح حديث ( من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه، ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه)

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

وتوُفّي الإمام الحافظ أبو زرعة الرازي وهو يسرد حديث: "من كان آخر كلامه من الدنيا لا إلٰه إلا الله دخل الجنة"!!



Keadaan Beberapa Ulama Ketika Meninggal Dunia

Imam Ibnu Rojab meninggal ketika mensyarah Sahih Bukhari dan sampai kitab Janaiz.

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

Syaikh Muhammad Amin as-Syinqitiy penulis Tafsir Adlwa Bayan meninggal dunia ketika sampai ayat:
أولئك حزب الله ألا إن حزب الله هم المفلحون
"Mereka itulah golongan Allah dan ketahuilah golongan Allah itu yang bahagia."

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

Al-Hafidz Ibnu Hajar meninggal dunia ketika dibacakan padanya ayat:
سلام قولا من رب رحيم
"Salam sebagai sambutan dari Rabb yang Maha Penyayang."

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

Imam Ibnu Taymiyah wafat dalam keadaan beliau sedang baca ayat:
إن المتقين في جنات ونهر في مقعد صدق عند مليك مقتدر
"Sungguh orang yang bertaqwa ada di syurga taman-taman dan sungai. Di tempat kejujuran disisi Allah yang Maha Memiliki dan Maha Kuasa."

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

Syaikh Zaed al-Madkhali wafat ketika sedang mensyarah hadits:
من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه
"Barang siapa yang mencintai berjumpa dengan Allah maka Allah pun cinta berjumpa dengannya dan barangsiapa yang benci berjumpa dengan Allah maka Allah pun benci berjumpa dengannya."

•┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

Imam Abu Zur'ah ar-Raziy meninggal dengan membaca hadits:
من كان أخر كلامه من الدنيا لا إله إلا الله دخل الجنة
"Barang siapa yang akhir perkataannya di dunia
لا إله إلا الله
maka dia akan masuk syurga."


Ya Allah kami pun memohon padaMu Husnul Khotimah.

بمنك وكرمك يا أرحم الراحمين


 (Faedah ilmiah dari al-Ustadz Usamah Mahri di WhatsApp طريق السلف)

 WhatsApp طريق السلف
 www.thoriqussalaf.com

Jumat, 26 Februari 2016

SURPRIZE !!!! KEJUTAN BUAT ANDA BAGI ANDA YANG SUKA MENUDUH AHLUSSUNNAH SALAFIYYUN SEBAGAI " WAHHABI "




BUKA MATA ANDA BUKA HATI ANDA !!!

LIHAT DAN PERHATIKANLAH WAHAI SAUDARAKU MUSLIMIN !!!

SIAPAKAH YANG SEJATINYA ANDA TIRU DENGAN SEBUTAN WAHHABI ITU ???

KEPADA SIAPAKAH SEJATINYA ANDA ITU BERPIHAK ???


TAG # MIKIR # ANDA MUSLIM ? # RENUNGAN # NASEHAT # BANTAHAN # YANG CERDAS DIKITLAH # MUSUH DALAM SELIMUT


_________________


Perhatikan Tulisan Dibawah Ini ..

Headlineislam.com – Setiap muslim Indonesia harus berhati-hati dari bahaya Syiah.

Namun masih banyak muslim yang kurang peduli akan bahaya Syiah,

Bahkan menganggap mereka sebagai saudara se-Islam yang tentram padahal di balik semua itu mereka sedang ber-taqiyyah hingga saat yang tepat mereka MEMBUNUH MUSLIM yang tidak berkayakinan dengan agama Syiah.

Pidato Pendeta Syiah “Hazim Al-A’raji” yang menyeru membunuh , Semoga Allah melaknat nya . Dia berkata:

خذ سلاحك وقاتل كل وهابي نجس. نعم أنا أقول لك ومسؤول عن كلامي "كل من يقتل وهابي نجس يده متورد بالدماء فإن أبواب الجنة ستدق له وتفتح لذالك القاتل إلى استشهد

“Ambillah senjatamu dan perangilah semua WAHHABI najis. Ya, aku katakan padamu dan aku bertanggung jawab atas perkataanku

“Setiap yang membunuh WAHHABI yang najis dan tangannya berlumuran darah maka sesungguhnya pintu-pintu surga akan diketuk dan dibuka untuk sang pembunuh hingga dia mati syahid”.


______________


Dan Pendeta syiah yang lain “Al-Mujtaba Asy-Syirazi” Semoga Allah melaknatnya , berkata:

فالوهابي الإرهابي الكافر الناصبي الوحشي يجب قتله

“Maka WAHHABI sang teroris, kafir, nashibi, dan liar wajib untuk dibunuh”


________________



Simak dan lihat videonya dengan masuk ke situs :

http://www.headlineislam.com/2016/01/naudzubillah-ulama-syiah-berapi-api.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook&m=1

Lihat Di YouTube :

https://youtu.be/XidPYp7Z7K8

[ Catatan : Nara Sumber Artikel Diatas Hanya Sekedar Saya Jadikan Sebagai Bukti Saja !! ]

TurutAndil MenShare :
WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
www.AhlussunnahSemarang.com
www.YukngajiSemarang.Blogspot.com


MENDENGAR NASYID LEBIH BESAR DOSANYA DIBANDINGKAN MENDENGAR LAGU



Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmy rahimahullah

Sesungguhnya lagu merupakan maksiat, dan orang yang terus-menerus melakukannya maka dia seorang yang fasiq.

Sedangkan nasyid merupakan bid'ah, dan orang yang terus-menerus melakukannya maka dia seorang mubtadi'.

Orang yang fasiq lebih ringan keburukannya dibandingkan seorang mubtadi', karena orang yang fasiq meyakini bahwa dia di atas kesalahan dan mungkin saja dia akan bertaubat suatu hari nanti.

Adapun seorang mubtadi' maka bahwa dia di atas kebenaran dan kebaikan. Oleh karena itulah engkau menjumpainya terus menerus melakukannya hingga mati, kecuali siapa yang Allah kehendaki untuk menyelamatkannya dan memudahkan untuknya orang yang menjelaskannya dan memberinya hidayah untuk bertaubat dan kembali kepada Allah.

Dan apa yang kami katakan ini hukum yang sifatnya umum. Allah saja yang mengetahui niat hamba-hamba-Nya.

Al-Fatawa al-Jaliyyah jilid 1.

Saluran Telegram asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhaly

WhatsApp Salafy Indonesia || http://forumsalafy.net
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

" Jangan kalian tanya siapa dia, tetapi tanyalah siapa temannya, karena seseorang pasti akan mengikuti sahabatnya. "



Berkata Al Imam Abul Barokat Badruddin Muhammad Al Ghazzi Rahimahullah :

Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan orang orang pilihan dari para hamba Nya,dengan bersatu diatas islam. Dzat Yang Memberi Hidayah kepada mereka,  agar menghormati orang orang sholih, dan menghiasi mereka dengan perilaku terpuji serta karakter yang indah. Sebagai bentuk pemuliaan Allah terhadap pemimpin umat ini, manusia terbaik di kolong langit Muhammad Bin 'Abdul Muththolib Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.

Sesungguhnya adab dalam bergaul memiliki kedudukan penting dalam islam. Maka ketahuilah wahai saudaraku semoga Allah memperbaiki keadaan kita semua,  aku ingin menerangkan sedikit kepadamu tentangnya.

Semoga keterangan ini dapat membantu orang yang berakal, untuk berakhlak dengan akhlak kaum mukminin, dan beradab dengan orang orang shalih. Agar mereka memahami pula, bahwa Allahu ta ala telah menjadikan sebagian mereka adalah rahmat dan pertolongan buat yang lain.

Seperti itulah yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam hadits Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu :

" Permisalan kasih sayang orang orang beriman dan rasa perduli mereka kepada sesama, ialah seperti satu jasad. Jika salah satu anggota tubuh terserang penyakit, maka seluruhnya pun turut begadang merasakan penderitaan itu. "
[ al bukhari dan muslim ]

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga bersabda :

" Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti bangunan yang kokoh.  Mereka saling menguatkan satu sama lain. "
[ al bukhari dan muslim ]

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga bersabda :

" arwah manusia seperti tentara yang satu. Dia akan bergabung dengan yang semisalnya, dan berseteru dengan yang tidak dikenalnya. "
[ al bukhari al adabul mufrod ]

Oleh sebab itu, jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang hamba, niscaya Dia akan menunjukinya bergaul dengan para pengikut sunnah dan para ulama, serta menjauhkannya dari para pengekor hawa nafsu dan pengusung kebid'ahan.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

" seseorang itu dinilai dengan teman duduknya, maka lihatlah kepada siapa kalian berteman "
[ ahmad dan abu dawud , al albani berkata dalam misykatul mashabih no.5019 : hasan gharib ]

Berkata Penyair :

" Jangan kalian tanya siapa dia,  tetapi tanyalah siapa temannya, karena seseorang pasti akan mengikuti sahabatnya. "

Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu

" Hindarilah pertemanan dengan orang yang bodoh ..
Berhati hatilah engkau darinya ..
Betapa banyak orang yang bodoh menjahili orang yang sabar ketika dianggap saudara ..
Seseorang dinilai dengan temannya ketika ia berjalan bersamanya ..
Dan suatu dengan yang lainnya memiliki kias dan keserupaan ..
Dan ruh dengan ruh yang lain sebagai bukti ketika bertemu ... "

CoPas Dari :
Terjemahan Adabul 'Isyrah Wa Dzikrush Shuhbah Wal Ukhuwwah
Karya Imam Abul Barokat Badruddin Muhammad Al Ghazzi Rahimahullah
Judul Indonesia Mendidik Jiwa Pinter Bersosial Secara Alami
Temukan Di Saluran Telegram :
bit.ly/AyoNgajiSalafy
Ziaroh Ke Situs :
Klik bit.ly/AyoNgajiSalafyDotCom


RASUL SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DIPERINTAH UNTUK MENAMBAH ILMU



MOTIVASI SALAF

RASUL SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DIPERINTAH UNTUK MENAMBAH ILMU


Allahu ta 'ala berfirman :

فَتَعٰلَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضٰىٓ

إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا

Artinya :

Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah :

" Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu "

[ Thaha : 114 ]

Ibnul Qayyim Rahimahullah Menafsirkan Surat Thaha Ayat 114,Beliau Berkata :

"Cukuplah perintah Allah kepada RasulNya agar memohon dikaruniai tambahan ilmu , menjadi kemuliaan bagi ilmu"

[ miftahu daris sa'adah 1/223-224 ]


_______________


Ibnu Katsir Rahimahullah Berkata Menafsirkan Surat Thaha 114 :

"Yakni , tambahkanlah kepadaku ilmu dari Mu , Ibnu Qutaibah Berkata , Ilmu rasul shallallahu alaihi wa sallam senantiasa bertambah sampai beliau wafat"

[ruhul ma'ani karya al alusi 26/269]


______________


CoPas Dari :
Terjemahan Al Musawwiq Ila Al Qiroati Wa Tholabi Al Ilmi
Karya Ali Bin Muhammad Al Imron
Judul Indonesia MOTIVASI DAN PANDUAN MENUNTUT ILMU
Temukan Di Saluran Telegram :
bit.ly/AyoNgajiSalafy
Ziaroh Ke Situs :
Klik bit.ly/AyoNgajiSalafyDotCom


Kamis, 25 Februari 2016

MENGAPA KITA MEMAKAI NAMA SALAFY ?




Oleh:

Asy-Syaikh Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahullah

Soal :

Mengapa kita memakai nama Salafy ? apakah penamaan itu bukan termasuk ajakan kepada hizbiyah atau thaifiyah (seruan untuk berfanatik kepada kelompok tertentu) ataukah merupakan kelompok baru dalam Islam?

Jawab :

Sesungguhnya istilah Salaf sudah dikenal dalam bahasa Arab maupun dalam syariat Islam. Namun yang kita utamakan disini adalah pembahasan nama tersebut dari segi syariat.

Dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ditimpa penyakit yang menyebabkan kematiannya, beliau berkata kepada Fathimah Radhiallahu anha:“Bertakwalah kepada Allah (wahai Fathimah) dan bersabarlah. Dan aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu.”

Dan para ulama pun sangat sering menggunakan istilah salaf sehingga terlalu banyak untuk dihitung. Dan cukuplah salah satu contoh yang biasa mereka gunakan sebagai hujjah untuk memerangi bid’ah: ‘Segala kebaikan adalah dengan mengikuti jejak Salaf. Dan segala kejelekan ada pada bid’ahnya kaum khalaf

Tetapi ada sebagian orang yang mengaku ulama (ahlul ilmi) menolak penisbatan (penyandaran) diri kepada Salafi ini. Mereka menganggap penisbatan ini tidak ada asalnya sama sekali! Menurut mereka, seorang muslim tidak boleh mengucapkan : “Saya pengikut para Salafus Shalih dalam segala apa yang ada pada mereka baik dalam beraqidah, ibadah maupun berakhlak.”

Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran seperti ini, kalau memang demikian yang mereka maksudkan, menunjukkan adanya tindakan untuk melepaskan diri dari pemahaman Islam yang shahih (benar) sebagaimana yang dipahami dan dijalani oleh salafus shalih dan pemimpin mereka Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam.

Seperti tersebut dalam hadits mutawatir yang terdapat dalam shahihain (Bukhari-Muslim) dan lain-lain bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para Shahabatku), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in)”.

Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh melepaskan diri dari penisbatan kepada Salafus Shalih. Sebab tidak mungkin para ulama akan menisbatkan istilah salaf kepada kekafiran maupun kefasikan. Sementara orang-orang yang menolak penamaan itu sendiri, apakah mereka tidak menisbatkan dirinya kepada salah satu madzhab yang ada? Baik madzhab yang berhubungan dengan aqidah maupun fiqih? Mereka ini kadang-kadang ada yang menisbatkan dirinya kepada madzhab Asy’ariyah atau Maturudiyah.

Ada pula yang menisbatkan dirinya kepada para ahlul hadits seperti Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, atau Hambaliyah yang (kelima madzhab yang terakhir ini) masih termasuk dalam lingkup Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Padahal orang-orang yang menisbatkan dirinya kepada madzhab Asy’ariyah atau madzhab imam yang empat (al-Aimmah al-Arba’ah) tidak diragukan lagi bahwa mereka itu menisbatkan diri kepada person atau orang-orang yang tidak ma’shum (terpelihara dari kesalahan), meskipun diantara mereka terdapat ulama yang benar.

Alangkah lebih baik kalau sekiranya mereka mengingkari penisbatan kepada orang-orang yang tidak ma’shum tersebut. Adapun orang yang menisbatkan diri kepada salafus shalih, sesungguhnya dia telah menisbatkan dirinya kepada yang ma’shum (yakni Ijma’ para shahabat secara umum). Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan ciri-ciri Al-Firqah An-Najiyah (golongan yang selamat), yaitu mereka yang senantiasa berpegang kepada sunnah Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para Shahabatnya Ridhwanullah ‘alaihim ‘ajma’in.

Barangsiapa berpegang teguh kepada sunnah mereka, maka dia pasti akan mendapat petunjuk dari Rabbnya.

Penisbatan kepada salaf ini akan memuliakan orang-orang yang menisbatkan dirinya kepada mereka dan akan menuntunnya dalam menempuh jalan Al-Firqah An-Najiyah. Sedangkan orang yang menisbatkan dirinya kepada selain mereka, tidaklah demikian keadaannya. Karena dalam hal ini dia hanya mempunyai dua alternatif.

Pertama, boleh jadi dia menisbatkan diri kepada seseorang yang tidak ma’shum.

Kedua, dia menisbatkan dirinya kepada orang-orang yang mengikuti madzab tersebut yang tentu saja tidak ada kema’shuman sama sekali.

Sebaliknya para shahabat Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam secara keseluruhan merupakan orang-orang yang terpelihara dari kesalahan. Dan kita telah diperintahkan untuk berpegang teguh kepada sunnahnya salallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para shahabatnya.

Hendaklah kita senantiasa konsisten terhadap pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan manhaj (metode pemahaman) para shahabat. Agar kita tetap berada di dalam “al-’ishmah” (terlindung dari kesesatan) dan tidak menyimpang dari manhaj mereka, dengan memakai pemahaman sendiri yang sama sekali tidak didukung oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kemudian, mengapa tidak cukup bagi kita dengan hanya menisbatkan diri kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah saja, tanpa pemahaman Salafus Shalih? Maka dalam hal ini ada dua sebab :

Pertama, sebab yang berhubungan dengan nash-nash syar’iah.

Kedua, sebab yang berhubungan dengan kenyataan yang ada pada kelompok-kelompok Islam.

Penjelasan.

1. Yang berhubungan dengan sebab pertama:

Kita temukan dalam nash-nash syar’iah, perintah untuk mentaati segala sesuatu yang disandarkan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah sebagaimana firman Allah Ta’ala :“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya serta ulil amri (ulama dan umara) di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (As-Sunnah), bila kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa:59)

Seandainya ada seorang Waliyul Amri (pemimpin kaum muslimin) yang telah dibaiat oleh kaum muslimin maka kita wajib taat kepadanya, sebagaimana kita wajib taat kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Meskipun dia dan para pengikutnya kadang-kadang berbuat salah. Kita wajib taat kepadanya untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan karena perselisihan tersebut, tetapi ketaatan itu harus dengan syarat yang sudah dikenal, yaitu:

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah.” (HR Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, hadits no.197)

Dan Allah Azza wa Jalla juga berfirman : “Barang siapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti selain jalannya Sabilil Mukminin (para shahabat), maka kami biarkan dia tenggelam dalam kesesatan (berpalingnya dia dari kebenaran) dan kami masukkan ke neraka Jahannam. Dan itu merupakan seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa’:115)

Sungguh, Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang Maha Tinggi sehingga tidak mungkin Dia berkata tanpa faedah dan hikmah. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa penyebutan Sabilul Mukminin (jalannya orang-orang mukmin) dalam ayat ini mempunyai hikmah dan faedah yang sangat tinggi.

Penyebutan ini menunjukkan bahwa di sana ada suatu kewajiban yang sangat penting, yaitu : ittiba’ kita terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah harus sesuai dengan manhaj yang dipahami dan dijalankan oleh generasi awal kaum muslimin, para shahabat ridhwanullah alaihim kemudian generasi berikutnya (para tabi’in), kemudian generasi berikutnya (tabi’ut tabi’in). Dan seruan inilah yang senantiasa dikumandangkan oleh Da’wah Salafiyah sekaligus menjadi rujukan utama mereka, baik dalam asas dakwah maupun dalam manhaj tarbiyah.

Sesungguhnya dakwah Salafiyah pada hakekatnya hendak menyatukan umat Islam, sedangkan dakwah-dakwah yang lain justru sebaliknya memecah-belah umat. Allah Ta’ala berfirman : “Dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar.” (At-Taubah:119)

Maka barang siapa yang ingin memisahkan Al-Kitab dan As-Sunnah di satu sisi dan para Salafus Shalih di sisi lain, dengan memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak sesuai dengan pemahaman mereka, maka selamanya dia tidak akan menjadi orang yang shadiq (benar).

2. Yang berhubungan dengan sebab kedua.

Kelompok-kelompok dan partai yang ada pada zaman ini tidak mau beralih secara total kepada Sabilul Mukminin yang tersebut pada ayat di atas, yang hal ini diperkuat oleh beberapa hadits. Antara lain hadits “Iftiraqul Ummah” (perpecahan umat) menjadi 73 firqah (golongan), semuanya masuk neraka kecuali satu golongan yang ciri-ciri mereka telah disebutkan oleh Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam : “Golongan itu ialah yang mengikuti sunnahku dan sunnah para shahabatku hari ini.” (lihat : Silsilah Al-Hadits Ash-Shohihah, Syaikh Al-Albani no 203 & 1192)

Hadits ini serupa dengan ayat di atas (QS. An-Nisa: 115), dimana keduanya menyebutkan Sabilul Mukminin. Kemudian dalam hadits lain dari Irbadh bin Sariyah, Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku” (lihat: Irwa’ul Ghalil,Al-Albani no 2455)

Berdasarkan keterangan di atas, maka di sana ada sunnah yang harus kita pegang teguh yaitu sunnah Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah khulafaur Rasyidin. Oleh karena itu, kita wajib kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Sabilul Mukminin (jalannya para shahabat). Tidak boleh kita mengatakan: “Kami memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman sendiri, tanpa memandang sedikitpun pada pemahaman Salafus Sholih.”

Pada zaman sekarang ini, kita harus melakukan bara’ (pemisahan diri) yang betul-betul bisa membedakan diri kita dengan golongan sesat lainnya. Tidak cukup bagi kita hanya dengan mengucapkan: “saya muslim” atau “madzhabku Islam”, sebab golongan-golongan yang sesatpun menyatakan demikian. Seperti kaum Syiah Rafidhah, Ibadhiyyah, Qadiyaniyyiah (Ahmadiyah) maupun golongan-golongan sesat lainnya. Sehingga apa bedanya kita dengan golongan sesat tersebut?

Bila kita mengatakan : “Saya seorang muslim yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.” Ucapan ini masih belum cukup karena kelompok-kelompok (sesat) seperti Asy’ariyah, Maturudiyah, dan kaum Hizbiyah, mereka juga mengaku mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa penamaan yang jelas dan gamblang serta dapat membedakan antara golongan yang selamat dengan golongan yang sesat ialah dengan mengatakan: “Saya seorang muslim yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan manhaj Salafus Shalih” atau lebih singkatnya: “Saya Salafi!”

Oleh sebab itu, sesungguhnya kebenaran yang tidak bisa disangsikan lagi ialah : tidak cukup kita hanya bersandar dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa tuntunan dari manhaj Salafus Shalih, baik dalam pemahaman dan pola pikir, dalam ilmu dan amal, maupun dalam dakwah dan jihad.

Kita semua mengetahui bahwa mereka semua (para Salafus Shalih ridhwanullah alaihim ajma’in) tidak fantaik terhadap satu madzhab atau kepada individu tertentu. Sehingga kita tidak pernah menemukan di antara mereka ada yang bersikap fanatik tergadap Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, ataupun Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhum.

Bahkan sebaliknya seorang diantara mereka jika memungkinkan untuk bertanya kepada Abu Bakar atau Umar atau Abu Hurairah, maka mereka akan bertanya kepadanya (tanpa memilih-milih). Semua itu mereka lakukan karena mereka meyakini bahwa tidak boleh seseorang memurnikan ittiba’nya kecuali kepada seorang yaitu Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab beliau salallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berkata menurut hawa nafsunya, melainkan hanyalah berdasarkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.

Kalaupun kita bisa menerima bantahan orang-orang yang mengkritik pemahaman salafi, sehingga kita cukup hanya menamakan diri dengan istilah muslim saja, tanpa menisbatkan diri kepada Salafus Shalih meskipun penisbatan tersebut merupakan penisbatan yang mulia dan shahih. Lantas apakah dengan demikian orang-orang yang mengkiritik itu bersedia melepaskan diri dari penamaan terhadap kelompok-kelompok, madzhab-madzhab, thariqat-thariqat mereka meskipun penisbatan itu semua tidak syar’i dan tidak shahih?

“Cukuplah bagimu perbedaan diantara kita ini. Dan setiap bejana akan memancarkan air yang ada di dalamnya.” Allahlah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Dan Dialah tempat meminta pertolongan.

(Edisi Perdana Salafy/Syaban/1416/1995, Rubrik Mabhats, hal 8-10)

Menukil Dari : tukpencarialhaq.com/about/mengapa-kita-memakai-nama-salafy/

- Saluran Telegram Ayo Ngaji Salafy 
- bit.ly/AyoNgajiSalafy

WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
Kunjungi www.AhlussunnahSemarang.com 

Meniru Perilaku Dan Tata Cara Hidup Salafus Shalih



Berkata Abdurrahman Bin Mahdi Rahimahullah :

" Dahulu kami mendatangi seseorang bukan karena menginginkan ilmunya , akan tetapi ingin mempelajari tingkah laku dan cara hidup , keadaan seseorang berupa ketenangan , kewibawaan , baiknya perjalanan hidup yang dimilikinya "

[ al Adab Asy Syar'iyyah 2/149 ]


________________


Abdurrahman Bin Mahdi Rahimahullah Juga Berkata :

" Dahulu Ali Ibnul Madini dan yang lainnya menghadiri Majlis Yahya Bin Said Al Qaththan bukan karena ingin mendengarkan sesuatu , melainkan ingin melihat perilaku(adab/akhlak) dan cara hidup beliau "

[ al Adab Asy Syar'iyyah 2/149 ]


_________________


Ibnu Muflih rahimahullah berkata :

" Dahulu majelis al Imam Ahmad rahimahullah dihadiri sekitar 5000 orang atau lebih. Yang menulis kurang dari 500 orang. Adapun sisanya,belajar adab dan perilaku yang  baik dari beliau "

[ al adab asy syariyyah 2/12 ]


_________________


Ibnul Jauzi rahimahullah berkata :

" Sungguh dahulu ada sekelompok salaf yang sengaja pergi menuju seorang hamba yang shalih untuk melihat perilaku baik dan tata cara hidup, bukan untuk mengambil ilmu. Karena tata cara hidup dan perilaku baik merupakan buah dari ilmunya. "

[ shaidul khathir hal. 216 ]


___________________


Ibrahim An Nakhai rahimahullah berkata :

" Dahulu bila mereka mendatangi seseorang untuk mengambil ilmu darinya, mereka melihat terlebih dahulu kepada shalatnya, perilaku dan penampilannya. Setelah itu baru mereka mengambil ilmu darinya. "

[ al adab asy syariyyah 2/149 ]


________________


Copas Dari :
Terjemahan Attaaju Al Mafquudu / Mahkota Yang Hilang Karya Abu Abdillah Faishal Bin Abduh Qaid Al Hasyidi
Lihat Di Saluran Telegram :
bit.ly/AyoNgajiSalafy
TurutAndil MenShare :
WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
www.AhlussunnahSemarang.com
www.YukngajiSemarang.Blogspot.com

Rabu, 24 Februari 2016

Info Kajian Rutin Ahad Ahlussunnah Salafy Semarang



BISMILLAAHI WALHAMDULILLAAHI

Hadirilah Dengan Mengharap Pahala Allahu ta 'ala Semata - Kajian Islam Ilmiyyah Ahlussunnah Wal Jama'ah Di Semarang - Insya Allah

MATERI :

 ~ PRINSIP POKOK AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH ~

PEMATERI :

al Ustadz Syafruddin Hafizhahullah

HARI :

Ahad 19 Jumadil Awwal1437 H - 28 Februari 2016 M

WAKTU :

Jam 16:00 Wib Insya Allah

TEMPAT :

Masjid DIPONEGORO
Jl. Atmodirono Pleburan UNDIP SEMARANG

Live Insya Allah Di :

www.SalafySemarang.com

KAJIAN GRATIS UNTUK UMUM
IKHWAN DAN AKHWAT !

INFORMASI :

085225003939 - Hasan

TurutAndil MenShare :

WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
- www.AhlussunnahSemarang.com
- www.yukngajisemarang.blogspot.com

Selasa, 23 Februari 2016

MENDOAKAN ANAK DENGAN KEBAIKAN PUNYA PENGARUH BESAR TERHADAP KESHOLIHAN MEREKA



Asy Syeikh Kholid Adz Dzufairi hafidzohullah:

Doa orang tua kepada Allah untuk kesholihan anak anak kita adalah termasuk sebab dan pintu kebaikan untuk mereka.

Dan termasuk kisah yang sangat baik dalam permasalahan ini sebagaimana dikisahkan dari Al Fudhoil Bin Iyadh seorang Imam di masjidil harom dizamannya yang mana dia berdoa kepada Allah:

(اللهم إني اجتهدت أن أؤدب ابني علياً فلم اقدر على تأديبه فأدبه أنت لي)

"Ya Allah aku sudah berusaha mendidik anakku Ali, dan aku tidak mampu mendidiknya maka didiklah dia Ya Allah untukku"

Maka berubahlah keadaan anak ini sampai dia menjadi pembesar dari orang sholih di zamannya.

Dan anak Al Fudhoil Bin Iyadh ini meninggal ketika melaksanakan sholat subuh Ketika imam membaca ayat:

 (ولو ترى إذ وقفوا على النار فقالوا يا ليتنا نرد )

 [انظر سير أعلام النبلاء 8/390]

••••••••••••••••••••••••••

Sumber: http://www.sahab.net/home/?p=501%D8%A8%D9%86%D8%A7%D8%AA
Telegram: https://bit.ly/Berbagiilmuagama
Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy

TIGA LANDASAN UTAMA PERTEMUAN 1


Faidah Dari Kalimat Basmalah Di Awal Kitab


_______________


▪ بسم الله الرحمن الرحيم

"Dengan nama Allah yang Maha Rahman dan yang Maha Rahim."

SYARAH/penjelasan dari Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله تعالى :

Penulis kitab yakni Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab رحمه الله تعالى memulai kitabnya dengan kalimat 'basmalah', karena :



1. Mencontoh Kitabullah, yakni Al-Qur'an, karena Kitabullah di awali dengan kalimat 'basmalah'.


_______________


2. Mengamalkan hadits yang berbunyi :

كُلُّ أمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ

"Setiap perkara penting yang tidak di awali dengan bismillahirrahmanirrahim, maka ia terputus."

Keterangan tentang hadits di atas:

▪ Bahwa hadits di atas terdapat beberapa lafazh yang berbeda, para ulama berselisih tentang kedudukan hadits di atas, ada yang menshahihkan seperti Imam An-Nawawi رحمه الله, ada pula yang mendhaifkan, akan tetapi para ulama menerima hadits tersebut, dan memasukkannya ke dalam kitab-kitab mereka, menunjukkan bahwa hadits tersebut memiliki asal. Selesai keterangan Asy-Syaikh رحمه الله dari kitab 'Al-Ilmu'.


________________


3. Mencontoh Rasulullah صلى الله عليه وسلم, karena beliau memulai surat-surat beliau dengan kalimat basmalah.

Kalimat : بِسْمِ
adalah 'al-jar wal majrur'
▫Kalimat lengkapnya setelah ada kata kerja yang dihilangkan, yaitu :

بِسْمِ اللَّهِ أَكْتُبُ أَوْ أُصَنِّفُ

"Dengan nama Allah aku menulis atau menyusun tulisan."

Kata yang hilang itu berupa kata kerja, karena pada dasarnya yang bertindak sebagai 'amil dalam ilmu nahwu adalah fi'il/kata kerja

Dan kata kerja yang dihilangkan itu berada di akhir kalimat, karena ada dua faedah :

1. Mencari barakah dengan nama Allah ta'ala, dengan meletakkan di depan kata kerja

2. Sebagai pembatasan, sebab mendahulukan nama Allah yang berupa jar wa majrur yang muta'alliq, akan berfungsi membatasi, yakni
HANYA dengan nama Allah dan tidak dengan nama selain-Nya aku mulai menulis.


________________



Lafadz اللَّه

Dari kalimat بِسْمِ اللَّهِ

▫ Allah adalah NAMA Sang Pencipta jalla wa 'ala.

▫ Allah adalah nama yang diikuti oleh seluruh nama-nama Allah lainnya,

demikian pula pada firman Allah ta'ala :

{ كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (١) اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ} [ابراهيم :1 - 2]

"(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (1)
Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (QS. Ibrahim: 1-2)

▪ Kita tidak mengatakan bahwa Lafzhul Jalalah Allah  pada ayat di atas merupakan sifat, akan tetapi merupakan 'athfu bayan', sehingga kedudukannya tetap sebagai nama-Nya.

▪ Lafazh ALLAH terambil dari lafazh ILAH, ke
mudian ditambah huruf alif dan lam, dan huruf إ dihilangkan, maka menjadi lafadz اللَّه :

إِلَهٌ  + أل  = أل ل ه  = أللَّه

Maknanya : إله

Seperti yang ada di dalam kalimat tauhid لا اله الا الله

"Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah."

Jadi makna إله berasal dari kata 'al-Ma`luh', yang diibadahi dengan penuh kecintaan.

▪ Maka kesimpulannya, bahwa makna Allah adalah :

Dzat yang berhak diibadahi satu-satu-Nya dengan penuh kecintaan."
(Dari kitab Fathul Majid Syarah Kitabit Tauhid,pen)

Diterjemahkan oleh :
Al-Ustadzah Ummu Abdillah Zainab Bahmid hafizhahallah pada Kamis, 30 Al-Muharram 1437 H / 12 November 2015


______________


Menukil Dari :
KAJIAN TAUHID Kitab Tsalatsatul Ushul (Pertemuan 3) : Makna Allah
http://annisaa.salafymalangraya.or.id/2015/11/makna-Allah.html?m=1
Lihat Di Saluran Telegram :
bit.ly/IslamAgamaKu
TurutAndil MenShare :
WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
www.AhlussunnahSemarang.com
www.YukngajiSemarang.Blogspot.com


BANCI/BENCONG DALAM SYARIAT ISLAM



Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu mengatakan :

Ulama Mengatakan Banci/Bencong Al-Mukhonnats  ada dua jenis :

️Jenis pertama adalah :

Golongan yang diciptakan dalam keadaan seperti itu, dan dia tidak memberat-beratkan dirinya (baca; berusaha) untuk berakhlaq dengan akhlaq wanita, berhias, bicara dan bergerak seperti gerakan wanita. Bahkan hal tersebut merupakan kodrat yang Allah ciptakan atasnya, maka yang seperti ini tidak ada ejekan,  celaan, dosa dan hukuman baginya karena sesungguhnya dia diberi udzur karena dia tidak membuat-buat hal tersebut.

Jenis kedua adalah :

Yang kodratnya tidak seperti itu, bahkan dia berusaha berakhlak, bergerak, bertabiat dan berbicara seperti wanita dan juga berhias dengan cara wanita berhias. Maka ini adalah tercela yang telah datang hadits yang shohih tentang laknat (terhadapnya)

(Syarh Shohih Muslim (7/317) secara ringkas)

http://www.darussalaf.or.id/fiqih/waria-banci-dalam-syariat-islam/?fdx_switcher=true

WA SALAM

Senin, 22 Februari 2016

SIAPAKAH YANG MENCINTAIMU


Asy Syaikh Al 'Allamah Muhammad bin Hadiy Al Madkhaliy hafizhahullah berkata:

Wajib atas setiap orang yang berakal untuk menerima nasihat dari saudaranya jika nasihat tersebut disampaikan kepadanya, dan jika kekeliruan diterangkan, dijelaskan dan ditunjukkan kepadanya.

Maka tidak boleh baginya untuk bersikap sombong terhadap nasihat tersebut, dan (janganlah) keunggulannya mendorong kepada dosa (kezhaliman).

Sebagaimana tidak boleh bagi orang pertama tersebut untuk membiarkan saudaranya, sementara dia melihat saudaranya tersebut berada diatas kesalahan.

Karena sesungguhnya orang yang memberikan nasihat kepadamu dialah orang yang mencintaimu. Kenapa?!

Karena:

Dia mencintai sesuatu untukmu, yang dia mencintainya untuk dirinya sendiri,

dan

Dia membenci sesuatu untukmu, yang dia membencinya untuk dirinya sendiri,

Baik dalam urusan agama maupun urusan dunia.

___________________

Faidah dari :
(Syarh Al Ibanah Ash Shugra ~ Pelajaran 03

... ❉  (  من الذي يحبك ؟  ) ❉ ...

قال الشيخ العلامة / محمد بن هادي المدخلي - حفظه الله -

■ الواجب على كل عاقل أن يقبل النصيحة من أخيه إذا بذلها له ، وبين له الغلط ووضحه له ودله عليه .

■ فلا يجوز له أن يتكبر على النصيحة ، وتأخذه العزة باﻹثم .

■ كما أنه لا يجوز لﻷول أن يسكت عن أخيه وهو يراه على الخطأ ،

فإن الذي ينصح لك هو الذي يحبك ، لمَّ؟!

■ لأنه
يحب لك ما يحبه لنفسه ،
ويكره لك ما يكرهه لنفسه في أمور الدين والدنيا .

مستفاد من :
[شرح الإبانة الصغرى - الدرس 03]


Syabab Ashhaabus Sunnah - Editor : Ibnu abi Humaidi hafizhahullah
Majmu'ah Ashhaabus Sunnah



JANGAN BERKATA : YA ALLAH, AMPUNILAH AKU JIKA ENGKAU KEHENDAKI



=====================

 Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam Bersabda :

لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَه

 Janganlah Sekali-kali Seseorang Berkata : Ya Allah Ampunilah Aku Jika Engkau Kehendaki, Ya Allah Rahmatilah Aku Jika Engkau Kehendaki. Hendaknya ia Kokohkan Permintaan, Karena Tidak Ada Sesuatupun yang Bisa Memaksa Allah. (H.R AlBukhari dan Muslim).

 Para Ulama Menjelaskan Bahwa dalam Berdoa Janganlah Seseorang Mengatakan: itupun Jika Engkau Kehendaki Ya Allah. Hal ini Dikarenakan 2 Hal :

1. Setiap Manusia adalah Faqir (Sangat Butuh) kepada Allah.

 Seseorang yang Mengatakan Hal itu, Seakan-akan ia Mengatakan : yah, Kalau Engkau Beri Syukur, Kalaupun Tidak, ya Tidak Mengapa.

 Itu Menunjukkan Sikap Takabbur Seakan-akan ia Tidak Terlalu Butuh dengan Yang Diminta.

 Seseorang yang Berdoa Harus Menunjukkan Kerendahan dan Sangat Butuhnya ia kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'ala.

2. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala Tidaklah Sama dengan Makhluk.

Makhluk Jika Diminta, Kadang akan Ada Unsur Keberatan dan Tidak Enak. Semakin Banyak Diminta, Semakin Tidak Senang dalam Hatinya.

Beda dengan Allah. Tidak Ada Satupun yang Memberatkan bagi Allah untuk Diberikan. Semakin Sering Diminta, Allah Semakin Cinta.

Kalau Seseorang Meminta Sesuatu kepada Makhluk (Orang Lain), Bisa Saja dia Mengatakan : itupun Kalau Anda Kehendaki, Kalaupun Tidak, Ya Tidak Mengapa.

Hal ini Pula yang Menunjukkan Kesalahan Orang-orang yang Mengqiyaskan Allah dengan para Raja ketika Meminta Sesuatu.

Mereka berkata : Kalau Kita Meminta kepada Allah, sebaiknya Menggunakan Perantara para Wali atau Rasul yang Dekat dengan Allah. Bukankah kalau Kita ada Keperluan dengan Presiden dan Raja kita Tidak Bisa Langsung Meminta, tapi Harus lewat Ajudan atau para Menterinya terlebih dahulu?

Itu adalah Kesalahan yang Fatal karena Menyamakan Allah dengan Makhluk.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak Ada Sesuatupun yang Semisal DenganNya dan Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S asy-Syuuro: 11).

Kalau Meminta kepada Allah, Seharusnya Langsung Berdoa kepada Allah Tanpa Perantara, karena Ia Sangat Dekat dengan HambaNya.

Nabi pernah Ditanya oleh Seseorang : Wahai Rasulullah, Apakah Allah itu Dekat Sehingga Kita Cukup Bermunajat (Berbisik-bisik) dalam Doa ataukah Harus Berteriak?

Allah Turunkan Jawaban atas Pertanyaan itu :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِي إِذَا دَعَانِ

Dan Jika Hamba-hambaku Bertanya Kepadamu tentang Aku, Maka Sesungguhnya Aku Dekat. Aku akan Kabulkan Doa Orang yang Berdoa. (Q.S AlBaqoroh : 186).

Tidak Ada Sesesuatupun yang Memberatkan bagi Allah Ketika Diminta. Semuanya Mudah BagiNya.

Allah Berfirman dalam Hadits Qudsi :

يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

Wahai Hamba-hambaku, Kalau Seandainya Seluruh Kalian dari Awal sampai Akhir, Manusia dan Jin, Berdiri di Satu Tanah Lapang (yang luas), Kemudian Semuanya Meminta KepadaKu, Kemudian Aku Beri Seluruhnya Sesuai dengan yang Diminta. Hal itu Tidaklah Mengurangi Apa yang Ada di SisiKu, kecuali Seperti Berkurangnya Air Laut Samudera Ketika Jarum Dicelupkan Padanya. (H.R Muslim).

=====================

Dikutip dari Buku "Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat."

Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.

=====================

http://bit.ly/alistiqomah

ISLAM ANTI RADIKALISME !



Bismillaahi Walhamdulillaahi

Hadirilah Dengan Mengharap Pahala Allahu ta 'ala Semata - Kajian Islam Ilmiyyah Ahlussunnah Wal Jama'ah Di Semarang - Insya Allah

TEMA :

 ~ ISLAM ANTI RADIKALISME ~

PEMATERI :

al Ustadz Usamah Mahri Lc Hafizhahullah

WAKTU :

Jam 9:00 Wib Insya Allah

HARI :

Ahad 19 Jumadil Awwal1437 H - 28 Februari 2016 M

TEMPAT :

Masjid Al Muawwanah
Komplek Perhutani Jalan Dr Cipto No 99 Semarang

Live Insya Allah Di :

www.SalafySemarang.com

KAJIAN KHUSUS UNTUK PRIA !

INFORMASI :

085225003939 - Hasan

TurutAndil MenShare :

WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
- www.AhlussunnahSemarang.com
- www.yukngajisemarang.blogspot.com

Mengapa Harus Ngaji Salaf ? ( 4 ) Tamat



Berdasarkan beberapa ayat dan hadits di atas, dapatlah diambil suatu kesimpulan, bahwa manhaj salaf merupakan satu-satunya manhaj yang harus diikuti di dalam memahami dienul Islam ini, karena:

 1. Manhaj salaf adalah manhaj yang benar dan berada di atas jalan yang lurus.

2. Mengikuti selain manhaj salaf berarti menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang berakibat akan diberi keleluasaan untuk bergelimang di dalam kesesatan dan tempat kembalinya adalah Jahannam.

3. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf dengan sebaik-baiknya, pasti mendapat ridha dari Allah dan tempat kembalinya adalah surga yang penuh dengan kenikmatan, kekal abadi di dalamnya.

4. Manhaj salaf adalah manhaj yang harus dipegang erat-erat, tatkala bermunculan pemahaman-pemahaman dan pendapat-pendapat di dalam memahami dienul Islam, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

5. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah sekelompok dari umat ini yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan senantiasa mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

6. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah golongan yang selamat dikarenakan mereka berada di atas jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika:

1. Al Imam Abdurrahman bin ‘Amr Al Auza’i berkata:

“Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun banyak orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah).” (Asy Syari’ah, karya Al Imam Al Ajurri, hal. 63).

2. Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit berkata:

“Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid’ah.” (Shaunul Manthiq, karya As Suyuthi, hal. 322, saya nukil dari kitab Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54).

3. Al Imam Abul Mudhaffar As Sam’ani berkata:

 “Syi’ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama).” (Al Intishaar li Ahlil Hadits, karya Muhammad bin Umar Bazmul hal. 88).

4. Al Imam Qawaamus Sunnah Al Ashbahani berkata:

“Barangsiapa menyelisihi sahabat dan tabi’in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya.” (Al Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, 2/437-438, saya nukil dari kitab Al Intishaar li Ahlil Hadits, hal. 88)

5. Al-Imam As Syathibi berkata:

“Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf, maka ia adalah kesesatan.” (Al Muwafaqaat, 3/284), saya nukil melalui Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57).

 6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

“Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar.” (Majmu’ Fatawa, 4/149).

Beliau juga berkata :

“Bahkan syi’ar Ahlul Bid’ah adalah meninggalkan manhaj salaf.” (Majmu’ Fatawa, 4/155).

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamin. Wallahu a’lamu bish shawaab.

(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsari, Lc, judul asli Mengapa Harus Bermanhaj Salaf, rubrik Manhaji, Majalah Asy Syariah. Url sumber http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=82)

- Saluran Telegram Ayo Ngaji Salafy
- bit.ly/AyoNgajiSalafy

WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
Kunjungi www.AhlussunnahSemarang.com

UNTUKMU YANG SUDAH LAMA TIDAK MENDATANGI MAJELIS ILMU


Al Ustadz Syafi'i Alaidrus Ngawi حفظه الله

Assalamualaikum..

Ustadz, ana mau tanya, ana lama gak datang kajian soalnya sering kerja malam kadang ana mau datang tapi malu, karena lama gak datang tapi ana sering dengarkan lewat Rii gak papa ustadz atau bagaimana solusinya..?



Bismillah.

Untuk pertanyaan akh Sholahuddin..
Wa'alaikumussalam wa rahmatullah..

Antum sering mengikuti kajian-kajian asatidzah ahlus sunnah dalam radio Rii itu suatu hal yang patut disyukuri, masya Allah..

Akan tetapi itu belumlah cukup ya akhi...

Disana banyak sekali keutamaan yang tidak didapat kecuali dengan menghadiri majlis tersebut secara langsung.

Diantaranya mempererat jalinan ukhuwah dan menyatukan hati.

Alangkah sangat tingginya nilai kesatuan hati, tak dapat ditukar dengan seluruh kekayaan dunia ini. Allah berfirman:

وألف بين قلوبهم، لو أنفقت ما في الارض جميعا ما ألفت بين قلوبهم ولكن الله ألف بينهم، إنه عزيز حكيم

"Dan Dia-lah yang mempersatukan hati-hati mereka. Seandainya kamu membelanjakan semua kekayaan yang ada di Bumi, niscaya kamu tidak akan sanggup mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah-lah yang mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Bukankah dengan jarang ta'lim kita jadi semakin jauh dengan ikhwah?

Sedangkan SERIGALA itu senantiasa mengincar domba yang SENDIRIAN, terpisah dari domba-domba yang lain.

Kita hidup dimasa fitnah yang sangat dahsyat. Digambarkan oleh Rasulullah seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita, semakin masuk waktu malam maka akan semakin pekat.

Demikianlah fitnah, siapa yang masuk didalamnya maka akan semakin terseret.

Digambarkan pula oleh beliau shallallhu 'alaihi wa sallam bahwa seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman, sorenya sudah kafir. Atau sebaliknya di sore hari beriman, paginya sudah kafir. Apa sebabnya? Menjual agamanya dengan sedikit keuntungan dunia. Nas'alullahas salaamah wal 'afiyah.

Juga dampak negatife lainnya dengan jarangnya menghadiri majlis ilmu, malu bertemu dengan ikhwan.

Hati-hati! ! ini adalah awal JEBAKAN SYAITHON. Karena dengan jauhnya kita dari ikhwah ahlus sunnah maka akan tergantikan dengan teman-teman selain mereka.

Awalnya mungkin tidak terasa, sekedar sungkan bertemu dengan ikhwan, menghindar, menjauh.

Jika kebetulan harus berpapasan, sekedar mengucapkan salam sambil senyum lantas berusaha menghindar.

Perbincangan dengan ikhwan satu menit terasa sangat berat.

Tahukah apa sebabnya? Hati yang tidak konek, tidak nyambung.

Adapun disaat bertemu dengan teman-temannya yang lain selain ahlus sunnah, masyaAllah begitu sangat akrab. Berbicara berjam-jam terasa baru satu menit.

Bukankah Rasulullah telah bersabda bahwa jiwa itu ibarat pasukan yang dikerahkan, Yang saling kenal maka akan akur dan yang tidak kenal akan menghindar.

Jika sudah ada perasaan malu menghadiri majlis ilmu, maka ini musibah yang sangat besar saudaraku.

Mujahid rahimahullah mengatakan:

 لا يتعلم العلم مستحي ولا مستكبر

"Tidak akan mempelajari ilmu ini seorang pemalu dan sombong".

Jadi, malu bertemu dengan ikhwan, malu menghadiri majlis ilmu, malu bertanya kepada ahlul ilmi, ini semua adalah mushibah.

Alangkah senangnya ikhwah ahlus sunnah disaat melihat saudaranya kembali tampak di majlis ilmu.

Alangkah bahagianya mereka melihat saudaranya mendapat hidayah ilmu.

Sungguh, ana sering mendapat berita dari ikhwah dengan raut muka yang ceria:

"Ustadz, alhamdulillah fulan sudah ikut kajian lagi".

Dalam kesempatan lain ikhwah yang lain pun dengan tergopoh-gopoh berkata kepada ana:

"Alhamdulillah ustadz, ana melihat Alan di majlis antum".

Dan bukankah menghadiri majlis ilmu dan berteman dengan orang-orang saleh serta menjauhi teman-teman yang jelek merupakan sebagian dari sebab-sebab keistiqomahan kita dalam menjalani agama ini?

Semoga Allah senantiasa menjaga kekokohan kita dalam menapaki jalan-Nya ini dan mematikan kita diatas Islam dan Sunnah. Aamiin

Ashhabus Sunnah - WA Ahlussunnah Ngawi

Mengapa Harus Ngaji Salaf ? ( 3 )




Adapun hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebagai berikut:

1. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham…” (Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah. Lihat Irwa’ul Ghalil, hadits no. 2455).

Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan menyaksikan perselisihan yang begitu banyak di dalam memahami dienul Islam, dan jalan satu-satunya yang mengantarkan kepada keselamatan ialah dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin (Salafush Shalih).

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita senantiasa berpegang teguh dengannya.

Al Imam Asy Syathibi berkata:

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam -sebagaimana yang engkau saksikan- telah mengiringkan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin dengan sunnah beliau, dan bahwasanya di antara konsekuensi mengikuti sunnah beliau adalah mengikuti sunnah mereka…, yang demikian itu dikarenakan apa yang mereka sunnahkan benar-benar mengikuti sunnah nabi mereka atau mengikuti apa yang mereka pahami dari sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik secara global maupun secara rinci, yang tidak diketahui oleh selain mereka.”(Al I’tisham, 1/118).

2. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Terus menerus ada sekelompok kecil dari umatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti itu.” (Shahih, HR Al Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini adalah lafadz Muslim dari sahabat Tsauban, hadits no. 1920).

Al Imam Ahmad bin Hanbal berkata (tentang tafsir hadits di atas): 

“Kalau bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka?!” (Syaraf Ashhabil Hadits, karya Al Khatib Al Baghdadi, hal. 36).

Al Imam Ibnul Mubarak, Al Imam Al Bukhari, Al Imam Ahmad bin Sinan Al Muhaddits, semuanya berkata tentang tafsir hadits ini: 

“Mereka adalah Ahlul Hadits.” (Syaraf Ashhabil Hadits, hal. 26, 37). 

Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: 

“Hadits ini merupakan tanda dari tanda-tanda kenabian (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam), di dalamnya beliau telah menyebutkan tentang keutamaan sekelompok kecil yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan setiap masa dari jaman ini tidak akan lengang dari mereka.

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan mereka dan doa itupun terkabul. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla menjadikan pada tiap masa dan jaman, sekelompok dari umat ini yang memperjuangkan kebenaran, tampil di atasnya dan menerangkannya kepada umat manusia dengan sebenar-benarnya keterangan. Sekelompok kecil ini secara yakin adalah Ahlul Hadits insya Allah, sebagaimana yang telah disaksikan oleh sejumlah ulama yang tangguh, baik terdahulu ataupun di masa kini.” (Tarikh Ahlil Hadits, hal 131).

Ahlul Hadits adalah nama lain dari orang-orang yang mengikuti manhaj salaf. Atas dasar itulah, siapa saja yang ingin menjadi bagian dari “sekelompok kecil” yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits di atas, maka ia harus mengikuti manhaj salaf.

3. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: 

“…. Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya: ‘Siapa dia wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: golongan yang aku dan para sahabatku mengikuti.” (Hasan, riwayat At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Iman, Bab Iftiraqu Hadzihil Ummah, dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).

Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: 

“Hadits ini sebagai nash (dalil–red) dalam perselisihan, karena ia dengan tegas men
jelaskan tentang tiga perkara: 

Pertama, bahwa umat Islam sepeninggal beliau akan berselisih dan menjadi golongan-golongan yang berbeda pemahaman dan pendapat di dalam memahami agama. Semuanya masuk ke dalam neraka, dikarenakan mereka masih terus berselisih dalam masalah-masalah agama setelah datangnya penjelasan dari Rabb Semesta Alam.

 Kedua, kecuali satu golongan yang Allah selamatkan, dikarenakan mereka berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengamalkan keduanya tanpa adanya takwil dan penyimpangan.

Ketiga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menentukan golongan yang selamat dari sekian banyak golongan itu. Ia hanya satu dan mempunyai sifat yang khusus, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri (dalam hadits tersebut) yang tidak lagi membutuhkan takwil dan tafsir. (Tarikh Ahlil Hadits hal 78-79). 

Tentunya, golongan yang ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu adalah yang mengikuti manhaj salaf, karena mereka di dalam memahami dienul Islam ini menempuh suatu jalan yang Rasulullah dan para sahabatnya berada di atasnya.

(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsari, Lc, judul asli Mengapa Harus Bermanhaj Salaf, rubrik Manhaji, Majalah Asy Syariah. Url sumber http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=82)

- Saluran Telegram Ayo Ngaji Salafy 
- bit.ly/AyoNgajiSalafy

WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
Kunjungi www.AhlussunnahSemarang.com

APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEBUTAN WAHABI



Pertanyaan :

Apa yang dimaksud dengan Wahabi?

Jawaban :

Wahabi adalah istilah yang disematkan oleh musuh-musuh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah terhadap dakwah beliau untuk memurnikan tauhid dari kesyirikan dan meninggalkan semua jalan selain yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam.

Tujuan mereka adalah untuk menjauhkan dan menghalangi orang-orang dari dakwahnya.

Namun semua itu tidak membawa mudarat sama sekali. Bahkan, dakwah beliau semakin menyebar ke segala penjuru dunia dan menambah ketertarikan bagi siapa pun yang Allah mudahkan untuk mengkaji esensi dakwahnya, tuduhan dan fitnah atasnya, serta dalil Alquran dan Hadits yang dijadikan pedomannya.

Mereka justru semakin loyal dan giat mendakwahkannya kepada orang lain.

Segala puji bagi Allah.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Al-Lajanah ad-Daimah Lilbuhutsil Ilmiyyah wal Ifta'

Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Wakil: Abdurrazzaq 'Afifi

Anggota: Abdullah bin Ghudayyan

http://shamela.ws/browse.php/book-26332/page-14416

http://bit.ly/Al-Ukhuwwah

 /2التعريف بكلمة الوهابية /2
ما هي الوهابية؟
السؤال الثاني من الفتوى رقم ( 9450 ) :
س2: ما هي الوهابية؟
ج2: الوهابية: لفظة يطلقها خصوم الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه الله على دعوته إلى تجريد التوحيد من الشركيات ونبذ جميع الطرق إلا طريق محمد بن عبد الله صلى الله عليه وسلم، ومرادهم من ذلك: تنفير الناس من دعوته وصدهم عما دعا إليه، ولكن لم يضرها ذلك، بل زادها انتشارا في الآفاق وشوقا إليها ممن وفقهم الله إلى زيادة البحث عن ماهية الدعوة وما ترمي إليه وما تستند عليه من أدلة الكتاب والسنة الصحيحة فاشتد تمسكهم به وعضو ا عليها وأخذوا يدعون الناس إليها ولله الحمد.
وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو ... نائب رئيس اللجنة ... الرئيس
عبد الله بن غديان ... عبد الرزاق عفيفي ... عبد العزيز بن عبد الله بن باز

WA AL UKHUWWAH

HUKUM BERJALAN DALAM KEADAAN SHALAT UNTUK MENCARI SUTROH




Fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz & Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahumallah

Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah:

Makmum ketika imam telah salam, maka ia menjadi munfarid/sendirian.  Maka dalam keadaan ini -sutroh imam adalah sutroh baginya (makmum) - tidak berlaku lagi, karena si imam saat ini bukan lagi imam, ia sudah berpindah dari posisinya sebagai imam.

Namun setelah itu jika makmum kembali berdiri meneruskan shalat, apakah disyari’atkan bagi makmum untuk mencari sutroh? Yang nampak bagiku, TIDAK DISYARIATKAN untuk mencari sutroh.

▪Karena para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika mereka masbuk dan hendak menyelesaikan sisa shalatnya, mereka TIDAK LAGI MENCARI SUTROH. Lalu jika kita katakan bahwa sebaiknya mencari sutroh, atau bahkan wajib bagi yang berpendapat wajibnya sutroh, maka pada umumnya diperlukan melangkah dan gerakan yang tentunya tidak bisa kita bolehkan KECUALI DENGAN DALIL YANG TEGAS.

Maka yang nampak disini, kita katakan kepada makmum bahwa sutroh anda sudah berakhir dengan berakhirnya imam dan ANDA TIDAK PERLU MENCARI SUTROH. KARENA TIDAK ADA DALIL MENGENAI MENCARI SUTROH DI TENGAH-TENGAH SHALAT. Yang ada dalilnya adalah mencari sutroh SEBELUM mulai shalat.”

[Liqa Babil Maftuh, kaset no. 155, fatwa no. 16, Al Mausu'ah Asy Syamilah]

سترة الإمام سترة للمأموم أثناء الصلاة:

السؤال: نعلم بأن سترة الإمام سترة للمأموم، فإذا انتهى الإمام من صلاته وقام المأموم يقضي فهل تستمر سترة الإمام سترة للمأمومين، أو يكون الإمام سترة للمأموم بعد انفراده؟

الجواب: المأموم لما سلم الإمام صار منفرداً فلا تكون سترة الإمام سترة له حتى الإمام الآن ليس بإمام؛ لأنه انصرف وذهب عن مكانه، لكن هل يشرع للمأموم بعد ذلك إذا قام يقضي ما فاته أن يتخذ سترة؟ الذي يظهر لي: أنه لا يشرع، وأن الصحابة رضي الله عنهم إذا فاتهم شيء قضوا بدون أن يتخذوا سترة، ثم لو قلنا: بأنه يستحب أن يتخذ سترة، أو يجب على قول من يرى وجوب السترة، فإن الغالب أنه يحتاج إلى مشي وإلى حركة لا نستبيحها إلا بدليل بين، فالظاهر أن المأموم يقال له: سترة الإمام انتهت معك وأنت لا تتخذ سترة؛ لأنه لم يرد اتخاذ السترة في أثناء الصلاة، وإنما تتخذ السترة قبل البدء في الصلاة.

الموسوعة الشاملة - لقاءات الباب المفتوح - للشيخ بن عثيمين شريط رقم 155


________________


Fatwa Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah:

حكم من مشى خطوات من أجل السترة

أرى البعض من الشباب إذا سلم الإمام من الصلاة وبقي على هذا الشاب بعض الركعات فإنه يتقدم بعض الخطوات إلى الأمام؛ لكي يمنع المارين عن المصلين الآخرين، فهل فعله هذا صحيح، وهل خطواته تلك تبطل الصلاة؟

[ Pertanyaan ]

Saya melihat pada sebagian pemuda jika imam shalat telah salam (selesai) dan tersisa untuk pemuda ini beberapa rakaat maka dia melangkah/berjalan beberapa langkah ke depan untuk mencegah orang yang lewat dari jamaah shalat yang lain,

Apakah perbuatan ini benar?
Dan apakah melangkah ini membatalkan shalat?

لا يضره إن شاء الله، خطوات يسيرة حتى يمر الناس من وراءه لا يضره ذلك إن شاء الله إن كان بقي عليه صلاة قضى، لكن كونه يبقى في مكانه ويصلي في مكانه الحمد لله، أولى من التقدم.

[ Jawab ]

TIDAK MEMUDHARATKAN/MEMBATALKAN SHALATNYA in syaa Allah.

Melangkah sedikit sehingga orang-orang bisa lewat di belakang orang yang shalat, ini tidak membatalkan shalatnya, in syaa Allah. Jika masih ada raka’at yang tersisa, maka sempurnakanlah.

NAMUN jika ia TETAP pada tempatnya, shalat TETAP pada tempatnya, alhamdulillah, ini LEBIH UTAMA DARIPADA MELANGKAH”.

حكم من مشى خطوات من أجل السترة | - http://www.binbaz.org.sa/mat/14420


Semoga bermanfaat !!

أخوكم،..
أبو بلال المكسري

SAS
Ittiba'us Sunnah
WA MANHAJ SALAF
Edisi:مجموعة الأخوة  السلفية


Jumat, 19 Februari 2016

Mengapa Harus Ngaji Salaf ? ( 2 )




Adapun ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan agar kita benar-benar mengikuti manhaj salaf adalah sebagai berikut:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

 “Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.” (Al Fatihah: 6-7)

Al Imam Ibnul Qayyim berkata:

“Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya…, maka setiap orang yang lebih mengetahui kebenaran serta lebih konsisten dalam mengikutinya, tentu ia lebih berhak untuk berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang Rafidhah.” (Madaarijus Saalikin, 1/72).

Penjelasan Al Imam Ibnul Qayyim tentang ayat di atas menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mereka itu adalah Salafush Shalih, merupakan orang-orang yang lebih berhak menyandang gelar “orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah” dan “orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus”, dikarenakan betapa dalamnya pengetahuan mereka tentang kebenaran dan betapa konsistennya mereka dalam mengikutinya.

Gelar ini menunjukkan bahwa manhaj yang mereka tempuh dalam memahami dienul Islam ini adalah manhaj yang benar dan di atas jalan yang lurus, sehingga orang-orang yang berusaha mengikuti manhaj dan jejak mereka, berarti telah menempuh manhaj yang benar, dan berada di atas jalan yang lurus pula.

2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam,, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisa’: 115)

Al Imam Ibnu Abi Jamrah Al Andalusi berkata:

 “Para ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): ‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin disini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan generasi pertama dari umat ini, karena mereka merupakan orang-orang yang menyambut syariat ini dengan jiwa yang bersih. Mereka telah menanyakan segala apa yang tidak dipahami (darinya) dengan sebaik-baik pertanyaan, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun telah menjawabnya dengan jawaban terbaik.

Beliau terangkan dengan keterangan yang sempurna. Dan mereka pun mendengarkan (jawaban dan keterangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut), memahaminya, mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, menghafalkannya, dan menyampaikannya dengan penuh kejujuran.

Mereka benar-benar mempunyai keutamaan yang agung atas kita. Yang mana melalui merekalah hubungan kita bisa tersambungkan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, juga dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.’” (Al Marqat fii Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

“Dan sungguh keduanya (menentang Rasul dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin –red) adalah saling terkait, maka siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran, pasti ia telah mengikuti selain jalan orang-orang mukmin. Dan siapa saja yang mengikuti selain jalan orang-orang mukmin maka ia telah menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran.” (Majmu’ Fatawa, 7/38).

Setelah kita mengetahui bahwa orang-orang mukmin dalam ayat ini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (As Salaf), dan juga keterkaitan yang erat antara menentang Rasul dengan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, maka dapatlah disimpulkan bahwa mau tidak mau kita harus mengikuti “manhaj salaf”, jalannya para sahabat.

Sebab bila kita menempuh selain jalan mereka di dalam memahami dienul Islam ini, berarti kita telah menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan akibatnya sungguh mengerikan… akan dibiarkan leluasa bergelimang dalam kesesatan… dan kesudahannya masuk ke dalam neraka Jahannam, seburuk-buruk tempat kembali… na’udzu billahi min dzaalik.

3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal abadi di dalamnya. Itulah kesuksesan yang agung.” (At-Taubah: 100).

Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mengkhususkan ridha dan jaminan jannah (surga)-Nya untuk para sahabat Muhajirin dan Anshar (As Salaf) semata, akan tetapi orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik pun mendapatkan ridha Allah dan jaminan surga seperti mereka.

Al Hafidh Ibnu Katsir berkata:

“Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkhabarkan tentang keridhaan-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, dan ia juga mengkhabarkan tentang ketulusan ridha mereka kepada Allah, serta apa yang telah Ia sediakan untuk mereka dari jannah-jannah (surga-surga) yang penuh dengan kenikmatan, dan kenikmatan yang abadi.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/367). Ini menunjukkan bahwa mengikuti manhaj salaf akan mengantarkan kepada ridha Allah dan jannah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

فَإِنْ ءَامَنُوا بِمِثْلِ مَا ءَامَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ

Artinya : “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu).” [QS Al Baqoroh: 137]

(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsari, Lc, judul asli Mengapa Harus Bermanhaj Salaf, rubrik Manhaji, Majalah Asy Syariah. Url sumber http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=82)

- Saluran Telegram Ayo Ngaji Salafy
- bit.ly/AyoNgajiSalafy

WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
Kunjungi www.AhlussunnahSemarang.com


NASEHAT BERHARGA BAGI PARA KARYAWAN




Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Ustaimin rahimahullah menjelaskan:

"و نظرنا لمجتمعنا اليوم لم نجد أحداً يسلم من خصلة يفسق بها، إلا مَنْ شاء الله، فالغِيبة فسق وموجودة بكثرة، والتغيب عن العمل، والإصرار على ذلك، وكونه لا يأتي إلا بعد بداية الدوام بساعة، ويخرج قبيل نهاية الدوام بساعة مثلاً، فالإصرار على ذلك فسق؛ لأنه ضد الأمانة، وخيانةٌ، وأكلٌ للمال بالباطل؛ لأن كل راتب تأخذه في غير عمل، فهو من أكل المال بالباطل"


===============



“Jika kita melihat masyarakat kita sekarang, maka kita akan mendapati tidak ada (sedikit) yang selamat dari sifat kefasiqan kecuali yang Allah kehendaki (selamat dari itu).

Misalnya seperti perbuatan ghibah yang termasuk perbuatan fasiq (dan banyak terjadi),

Bolos kerja yang terus dilakukan, serta perbuatan pegawai yang terlambat masuk kerja (yang telah dimulai satu jam sebelumnya) dan pulang kerja satu jam lebih cepat dari yang seharusnya.

Terus menerus melakukan hal itu adalah termasuk kefasiqan karena ini termasuk berkhianat dan tidak sesuai amanah serta memakan harta dengan cara yang batil.

Karena setiap gaji yang anda terima tanpa diimbangi dengan pekerjaan maka ini termasuk memakan harta dengan cara yang batil”

(Asy-Syarh al-Mumti’ 15/278)

WA PENCARI AL HAQ

HUKUM MENGAQIQAHI ANAK ZINA




Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah

Pertanyaan:

Bolehkah bagi seorang ibu mengaqiqahi anaknya dari hasil perzinaan dan apakah anak tersebut berhak mendapat nafkah?

Jawaban:

Ya, ibunya boleh mengaqiqahi, dianjurkan bagi ibunya mengaqiqahi anaknya.

Dan wajib baginya menafkahi anaknya, apabila ibunya mampu.

Namun apabila tidak mampu dia serahkan kepada pengasuh anak-anak di pemerintah.
Adapun apabila dia mampu mendidik, berbuat baik kepadanya, mengaqiqahinya,

Wajib baginya mendidik dan bertaubat kepada Allah ta'ala dari perkara yang telah dia perbuat lalu anak itu dia nasabkan kepadanya

Sedangkan orang yang berzina dengannya wajib bertaubat dan tidak wajib baginya sedikitpun menafkahi, karena anak itu bukan anaknya namun anak zina,

Wajib baginya bertaubat kepada Allah sedangkan anak itu milik ibunya yang dinasabkan kepada ibunya dan wajib ibunya menafkahinya.

Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah  (28)


http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=150338

http://bit.ly/Al-Ukhuwwah


حكم العقيقة على ولد الزنا

1 - هل يجوز للأم أن تعقّ عن ولدها من الزنا، وهل له حق النفقة؟

الشيخ ابن باز:

نعم لها أن تعقّ، يستحب لها أن تعقّ عن ولدها، وعليها أن تنفق عليه، إذا قدرت، فإذا ما قدرت يسلم للحاضنات في الدولة، وإذا قدرت تربّيه وتحسن إليه، وتعقّ عنه، ويلزمها أن تربيه وأن تتوب إلى الله مما فعلت وهو منسوب إليها، والذي زنا بها عليه التوبة، وليس عليه شيء من النّفقة، وليس هو ولداً له، ولد زنا، عليه التوبة إلى الله والولد لها هي ينسب إليها، وعليها نفقته(1).

حاشية:

1 - مجموع فتاوى ومقالات متنوعة المجلد الثامن والعشرون- وانظر موقع الشيخ ابن باز على الشبكة.

WA AL UKHUWWAH

Kamis, 18 Februari 2016

Mengapa Harus Ngaji Salaf ? ( 1 )




Orang-orang yang hidup pada zaman Nabi adalah generasi terbaik dari umat ini. Mereka telah mendapat pujian langsung dari Allah dan Rasul-Nya sebagai sebaik-baik manusia. Mereka adalah orang-orang yang paling paham agama dan paling baik amalannya sehingga kepada merekalah kita harus merujuk.



Manhaj Salaf, bila ditinjau dari sisi kalimat merupakan gabungan dari dua kata; manhaj dan salaf.

Manhaj dalam bahasa Arab sama dengan minhaj, yang bermakna: Sebuah jalan yang terang lagi mudah. (Tafsir Ibnu Katsir 2/63, Al Mu’jamul Wasith 2/957).

Sedangkan salaf, menurut etimologi bahasa Arab bermakna:

Siapa saja yang telah mendahuluimu dari nenek moyang dan karib kerabat, yang mereka itu di atasmu dalam hal usia dan keutamaan. (Lisanul Arab, karya Ibnu Mandhur 7/234).

Dan dalam terminologi syariat bermakna:

Para imam terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in (murid-murid shahabat) dan tabi’ut tabi’in (murid-murid tabi’in). (Lihat Manhajul Imam As Syafi’i fii Itsbatil ‘Aqidah, karya Asy Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al ‘Aqil, 1/55).

Berdasarkan definisi di atas, maka manhaj salaf adalah:

Suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in dan tabi’ut tabi’in di dalam memahami dienul Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Seorang yang mengikuti manhaj salaf ini disebut dengan Salafy atau As Salafy, jamaknya Salafiyyun atau As Salafiyyun.

 Al Imam Adz Dzahabi berkata: “As Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj salaf.” (Siyar A’lamin Nubala 6/21).

Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf (Salafiyyun) biasa disebut dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dikarenakan berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dan bersatu di atasnya.

Disebut pula dengan Ahlul Hadits wal Atsar dikarenakan berpegang teguh dengan hadits dan atsar di saat orang-orang banyak mengedepankan akal.

Disebut juga Al Firqatun Najiyyah, yaitu golongan yang Allah selamatkan dari neraka (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash),

 Disebut juga Ath Thaifah Al Manshurah, kelompok yang senantiasa ditolong dan dimenangkan oleh Allah (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Tsauban). (Untuk lebih rincinya lihat kitab Ahlul Hadits Humuth Thaifatul Manshurah An Najiyyah, karya Asy Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali).

Manhaj salaf dan Salafiyyun tidaklah dibatasi (terkungkung) oleh organisasi tertentu, daerah tertentu, pemimpin tertentu, partai tertentu, dan sebagainya.

Bahkan manhaj salaf mengajarkan kepada kita bahwa ikatan persaudaraan itu dibangun di atas Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan pemahaman Salafush Shalih.

 Siapa pun yang berpegang teguh dengannya maka ia saudara kita, walaupun berada di belahan bumi yang lain. Suatu ikatan suci yang dihubungkan oleh ikatan manhaj salaf, manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.

Manhaj salaf merupakan manhaj yang harus diikuti dan dipegang erat-erat oleh setiap muslim di dalam memahami agamanya.

Mengapa? Karena demikianlah yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Quran dan demikian pula yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam Sunnahnya. Sedang kan Allah telah berwasiat kepada kita:

“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (An Nisa’: 59)

(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsari, Lc, judul asli Mengapa Harus Bermanhaj Salaf, rubrik Manhaji, Majalah Asy Syariah. Url sumber http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=82)

WA - AHLUSSUNNAH SEMARANG -
Kunjungi www.ahlussunnahsemarang.com

ANAK KITA ADALAH AMANAH




MENCARI CALON IBU YANG BAIK UNTUK ANAK ANAK KITA

Asy Syeikh Sholih Al Fauzan hafidzohullah:

Carilah istri yang baik agamanya, dan janganlah engkau mencari semata mata karena kecantikan atau harta dan nasabnya saja.

Adapun jika berkumpul pada seorang wanita dari ketiganya ini dengan baiknya agama maka ini adalah kebaikan diatas kebaikan.

Tetapi janganlah engkau melihat kecuali kepada agamanya sebelum engkau melihat yang lainnya.

Karena istrimu adalah temanmu yang akan sama bersamamu mendidik anak anakmu kelak.

Jika istrimu adalah istri yang sholihah maka Allah akan perbaiki urusan keluargamu dan Allah akan menolongmu untuk kemaslahatan keluargamu.


Sumber: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14481


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


ANAK KITA ADALAH AMANAH

Asy Syeikh Sholih Al Fauzan hafidzohullah:

Siapa diantara kalian yang pernah duduk dengan anak anaknya dan menanyai mereka:

Apa yang sudah kalian pelajari hari ini?
Sudah berapa yang mereka hafal Al Qur'an?
Apa saja yang sudah mereka hafal dari hadist hadist nabawiyyah?

 Aku menduga tidaklah melakukan yang demikian kecuali hanya sedikit saja dari kalian.

 Demikian pula para ibu yang mana mereka tidak punya keseriusan terhadap pendidikan anak anak mereka kecuali orang orang yang dikehendaki oleh Allah.

 Para Bapak dan ibu mereka menyerahkan sepenuhnya anak anak mereka yang masih kecil kepada para pendidik di tempat tempat pendidikan untuk usia dini, kemudian mereka sibuk dengan urusan pekerjaan mereka meninggalkan amanah yang Allah bebankan untuk mereka.

••••••••••••••••••••••••••

Sumber: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14481
 Telegram: https://bit.ly/Berbagiilmuagama
 Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



RUMAH ADALAH "MADROSAH" BAGI ANAK ANAK KITA

Asy Syeikh Sholih Al Fauzan hafidzohullah:

Kemudian ketika Allah memberikan karunia kepada kita hadirnya anak anak, maka sudah menjadi tanggung jawab bagi kedua orang tua untuk memberikan pendidikan kepada mereka sejak kecil, dan menjaga kesalehan dan keistiqomaham mereka.

 Dan rumah adalah "madrosah" bagi mereka, dan kedua orang tua adalah pembimbingnya, dan pemikul amanah untuk menjaga kesalehan mereka.

 Seorang laki laki adalah pemikul tanggung jawab terhadap keluarganya dan akan ditanya tentang orang yang berada dibawah tanggung jawabnya, demikian pula seorang wanita adalah pemikul tanggung jawab di rumah suaminya dan akan ditanya tentang tanggung jawab ini.

••••••••••••••••••••••••••

Sumber: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14481  Telegram: https://bit.ly/Berbagiilmuagama
Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

JIL-JIN-SYIAH TELAH DITEGASKANNYA SENDIRI BUKANLAH BAGIAN DARI ISLAM




TIRAI ITUPUN KINI TELAH TERSINGKAP KETIKA ULIL MENEGASKAN BAHWA JIL - JIN - SYIAH BUKANLAH BAGIAN DARI ISLAM
(Menelanjangi Operasi -Survey- Koplak bersandi Ulil G 013 LOK)



Sekadar mengingatkan bagi yang belum tahu bahwa Ulil Abshar Abdalla selaku dedengkot terbesar Jemaat Islam Liberal (JIL) memiliki riwayat sejarah pendidikan intelektual sebagai hasil didikan Orientalisten, jebolan PhD Harvard University, universitas sangat bergengsi di Amerika:

"Ulil Abshar-Abdalla (born 11 January 1967 in Pati, Central Java) is an Orientalist scholar from Indonesia affiliated to Jaringan Islam Liberal (Liberal Islam Network). He comes from a family of Nahdlatul Ulama background: His father Abdullah Rifa'i is from pesantren Mansajul Ulum (Mansajul Ulum Islamic school) in Pati, Central Java, and he is married to the daughter of Mustofa Bisri, an Islamic cleric from Pesantren Raudlatut Talibin, Rembang, Central Java......
After completing his master's degree in religion at Boston University he went on and continued his PhD studies in the Department of Near Eastern Languages and Civilizations, Harvard University." -selesai penukilan-

Mari sekarang kita lihat kicauan dedengkot JIL n JIN jebolan Harvard University ini:


Gambar 1. Hasil survey yang diposting jebolan Harvard University

Kritikan:

1 .Pertama,
Sedemikian jauh iblis telah mengKoplakkan akalnya...
Untuk urusan aqidah, dien dia berani  menjadikannya sebagai bahan gurauan tertawaan..Lihatlah pic yang ditampilkannya

Semoga Allah membungkam mulut si pendusta besar Missionaristen Liberalisten Kolonialisten Takfiri ini, amin.

2. Kedua,
Diantara bentuk penipuan dan kedustaan survey yang dipostingnya, lihatlah jumlah total hasil surveynya telah "berhasil menembus prosentase 100%, alias berjumlah 102%!

Sungguh hasil survey yang jenius untuk ukuran postingan seorang jebolan Harvard University.  Semoga Almamater dan guru Orientalistennya ikut merasakan pula getaran kebanggaannya.

Ada Mark-up survey 2% dan jumlah manipulasi 2% ini telah cukup baginya untuk mengalahkan prosentase jumlah umat Islam yang hanya 1% di surveynya tersebut! Allahul musta'an.
Sedemikian bencinya mereka ini terhadap Islam dan umat Islam!

3. Ketiga,
Tertawalah engkau sepuasnya wahai jebolan Harvard sembari meresapi sedalam-dalamnya apa yang engkau sebarluaskan, karena hakekatnya engkau telah menertawakan  ke G 0 13 LOK kanmu sendiri.

4. Keempat,
Wajah Anti-Wahabi yang Sebenarnya: JIL Takfiri Radikalis Ekstrem!!
Mereka selalu berteriak sumbang bahwa Wahabi adalah Takfiri,  tetapi jika kita melihat survey yang dipublikasikan gembong JIL n JIN ini maka nampaklah dengan jelas dan detail bahwa mereka telah mengKafirkan berjuta-juta juta umat Islam dan hanya disisakan satu persen saja dari jumlah penduduk Indonesia yang masih muslim!!! Bukalah mata setelah menyaksikan bukti nyata hakekat Takfiri Anti-Wahabi di depan anda.

5. Kelima,
Ahli Bid'ah pun dipukul rata, digolongkan semuanya sebagai agama diluar Islam oleh orang yang menggunduli jenggotnya ini.
Jadi siapa bilang orang nggak berjenggot cerdas-cerdas?

6. Keenam,
Perhatikan lagi hasil survey yang dirilisnya.
Apakah dia menyadari atas pengakuannya sendiri (¡¡¡¡¡) sebagai gembong JIL-JIN  bahwa JIL-JIN-Syiah  telah ditegaskannya sendiri bukanlah bagian dari Islam???
Allahu Akbar !!!

 وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا

Alhamdulillah bahwa pada akhirnya Ulil Abshar Abdalla telah membongkar dan menelanjangi hakekat missi JIL-JIN-Syiah yang satu paket dan berada di luar agama Islam.


Gambar 2. Ulil Jebolan Harvard dan survey 102%

Maka lanjutkanlah tertawamu sepuas-puasnya wahai gundik Missionaristen Liberalisten jebolan Harvard University karena pada hakekatnya engkau sedang menertawakan ke G 0 13 LOK kanmu sendiri. Allahu yahdik.


Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
Klik ➡JOIN⬅ Channel Telegram: http://bit.ly/tukpencarialhaq
http://tukpencarialhaq.com || http://tukp