Sabtu, 07 November 2015

BENARKAH SALAFY TUKANG MENGKAFIRKAN?


(MEMETIK FAIDAH DARI DIALOG SYAIKH SALAFY DENGAN SYAIKH SUFY)


اتصال هاتفي بالشيخ اﻷلباني

Pembicaraan via telepon dengan asy-Syaikh al-Albani

()اتصل هاتفيًّا بالشيخ الألباني رحمه الله أحد المشايخ الصوفيين في الأردن قبل عشرين عاماً في بداية مقدم الشيخ إلى عمان، قائلاً له : ” يا شيخ ناصر! الغريب لا بد أن يكون أديباً ” .

Seorang syaikh dari kalangan shufiyyin di Urdun menghubungi asy-Syaikh Albani via telepon 20 tahun yang lalu di awal-awal kedatangan asy-Syaikh Al-Albani ke Amman.

Syaikh Shufi mengatakan: “Wahai Syaikh Nashir, seorang yang asing harus menjadi seorang yang adib.” (wallahu a’lam mungkin yang dimaksud adalah memiliki adab).

فقال الشيخ الألباني رحمه الله : ” ما هذه الإقليمية التي عندك يا شيخ فلان؟! ”
قال الشيخ الصوفي : ” لأنك و تلاميذك تكفّرون المسلمين” .

Kemudian asy-Syaikh al-Albani rahimahullah balik bertanya: “Kebiasaan setempat apa yang dimaksud wahai Syaikh Fulan?!”

Asy-Syaikh Shufi menjawab: “Karena Anda dan murid-muridmu mengkafirkan kaum muslimin”.

فقال الشيخ الألباني رحمه الله : ” نحن؟! ”
فقال الشيخ الصوفي : “نعم”.



Asy-Syaikh al-Albani bertanya lagi: “Kami (mengkafirkan kaum muslimin)?”

Asy-Syaikh Shufi menjawab: “Ya”

فقال الشيخ الألباني رحمه الله : “إني سائلك سؤالاً” .

Asy-Syaikh Albani mengatakan: “Aku ingin menanyakan kepada Anda satu pertanyaan.”

قال الشيخ الصوفي : ” سَلْ “.

Syaikh Shufi menjawab: “Tanyakan saja!”

قال الشيخ الألباني رحمه الله : ” ماذا تقول في رجل يقف أمام قبر يقول ناوياً بصوت مرتفع : نويت أن أصلي ركعتين لصاحب هذا القبر؟!”.
قال الشيخ الصوفي : “هذا كافر مشرك”.

Asy-Syaikh al-Albani mengatakan: “Apa pendapat Anda tentang orang yang berdiri di hadapan kuburan dan mengatakan dengan suara yang keras ‘Aku berniat shalat dua raka’at untuk penghuni kubur ini?!”

Syaikh Shufi menjawab: “Orang itu menjadi kafir dan musyrik”

JS manhaj timpang

JS manhaj timpang

Gambar bukti screenshot. Tuduhan Jafar Salih, Manhaj timpang.

فقال الشيخ الألباني رحمه الله : “نحن لا نقول: كافر مشرك ! نحن نقول: جاهل، ونعلمه، فمن الذي يكفر الناس يا شيخ فلان ؟! نحن أم أنت؟”.
فإذا بهذا الشيخ الصوفي يستسمح الشيخ الألباني رحمه الله عما بدر منه ويأتي إلى الشيخ في بيته و يعتذر إليه ويقبل يده .

Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan: “Kami tidak mengatakannya sebagai orang kafir dan musyrik! Akan tetapi kami katakan ia orang jahil dan wajib untuk kita ajari. Lalu siapakah yang mengkafirkan orang-orang wahai Syaikh Fulan? Kami atau Anda?”

Setelah itu Syaikh Shufi meminta maaf kepada Asy-Syaikh Albani dari perlakuan yang langsung disampaikan itu.
Kemudian syaikh shufi itu mendatangi asy-Syaikh Albani di rumah beliau dan meminta maaf lalu mencium tangan beliau.

وهذا معناه أن الشيخ يرى أن الصلاة لصاحب القبر كفر مخرج من الملة و لكن لا يكفر الفاعل حتى يقيم عليه الحجة . اهـ

Dialog di atas memberikan makna bahwa asy-Syaikh Albani berpendapat bahwa shalat untuk penghuni kubur adalah perbuatan kafir dan mengeluarkan pelakunya dari Islam. Akan tetapi beliau tidak mengkafirkan pelakunya hingga ditegakkan hujjah di hadapannya. -Selesai penukilan-

[مقتطف] مواقف لم تنشر من سيرة الإمام المحدث محمد ناصر الدين الألباني-رحمه الله-{1333-1420ه} -

[Cuplikan] Sikap/perilaku yang belum banyak tersebar dari Sirah al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah {1333-1420}

http://www.ajurry.com/vb/printthread.php?t=22996&pp=40

مجموعة طلاب التخصص القدماء بجمبر

Oleh: ustadz fathul mujib hafidzahulloh

Turut menyebarkan Majmu’ah ittiba’us salaf

http://tukpencarialhaq.com/2015/11/04/benarkah-salafy-tukang-mengkafirkan/#more-10361


KAPAN SESEORANG BISA DIVONIS SEBAGAI MUBTADI’
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah

Pertanyaan:

Fadhilatus Syaikh, semoga Allah memberi taufik kepada Anda. Anda tadi malam menyebutkan bahwa disyaratkan dalam memvonis seseorang telah kafir adalah dengan ketetapan hakim.

Jawaban:

Ya, maksudnya memvonis kepada orang tertentu. Jadi memvonis seseorang tertentu tidak boleh kecuali dengan ketetapan hakim yang menyatakan bahwa dia murtad dan menerapkan hukum murtad terhadapnya. Adapun yang ini mengkafirkan yang lain dan seterusnya maka ini tidak boleh, karena akan menimbulkan kekacauan, yaitu dengan mengkafirkan orang lain tersebut.

****************

Pertanyaan:

Apakah perkaranya juga demikian yaitu disyaratkan adanya ketetapan dari hakim berkaitan dengan vonis mubtadi’ dan fasik terhadap seseorang?

Jawaban:

Tidak membutuhkan ketetapan hakim dalam masalah mubtadi’. SIAPA YANG MELAKUKAN SEBUAH BID’AH ATAU MENYERUKANNYA MAKA DIA SEORANG MUBTADI’. Jadi tidak membutuhkan ketetapan hakim. Dibutuhkan ketetapan hakim hanyalah ketika memvonis seseorang keluar dari Islam dan wajib membunuhnya dengan hukuman hadd karena murtad dan seterusnya. Yaitu yang berkaitan dengan hukum-hukum orang murtad yang telah diketahui.

Sumber artikel: https://www.youtube.com/watch?v=SxFwvlR9SSg

Alih bahasa: Abu Almass
Senin, 29 Syawwal 1435 H
=====*****=====
Publikasi:
WA Salafy Solo
www.salafymedia.com