Rabu, 15 Mei 2013

Ahli Bid’ah Lebih Jahat Dari Orang Yang Fasiq



134. Abu Musa berkata :
“Bertetangga dengan yahudi dan nashrani lebih aku sukai daripada
bertetangga dengan pengekor hawa nafsu (ahli bid’ah) karena ini
menyebabkan hatiku berpenyakit.” (Al Ibanah 2/468 nomor 469)
135. Yunus bin Ubaid berkata kepada anaknya :
“Saya larang kamu berzina, mencuri, dan minum khomer namun
seandainya kamu bertemu Allah Azza wa Jalla dengan (masih) berbuat ini
lebih saya sukai daripada kamu bertemu Allah membawa pemikiran Amru bin
Ubaid dan shahabat-shahabatnya.” (Al Ibanah 2/466 nomor 464)
136. Abul Jauza berkata :
[ Seandainya tetanggaku kera dan babi itu lebih aku sukai daripada seorang
dari ahli ahwa menjadi tetanggaku dan sungguh mereka termasuk yang
disebut dalam ayat :
Dan jika mereka bertemu kamu, mereka berkata : “Kami beriman.” Dan jika
mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jarinya lantaran marah dan benci
kepadamu. Katakanlah : “Matilah kamu karena kemarahanmu itu.”
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (QS. Ali Imran : 119) (Al
Ibanah 2/467 nomor 466-467) ]
137. Al Awwam bin Hausyab berkata mengenai anaknya, Isa :
“Demi Allah, sungguh jika aku lihat Isa duduk dengan tukang musik dan
peminum khomer dan orang yang bicara sia-sia lebih aku sukai daripada aku
melihatnya duduk dengan tukang debat ahli bid’ah.” (Al Bida’ 56)
138. Yahya bin Ubaid berkata :
Seorang Mu’tazili menemuiku ingin bicara. Lalu saya berdiri dan berkata :
“Kamu yang pergi dari sini atau saya karena sesungguhnya saya berjalan
dengan nashrani lebih saya sukai daripada berjalan bersamamu.” (Al Bida’
59)
139. Arthaah bin Al Mundzir berkata :
“Seandainya anakku termasuk salah satu dari orang yang fasiq lebih aku
sukai daripada dia menjadi seorang pengekor hawa nafsu (ahli bid’ah).” (Asy
Syarhu wal Ibanah Ibnu Baththah 132 nomor 87)
140. Sa’id bin Jubair berkata :
44Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
“Seandainya anakku berteman dengan orang fasiq licik tapi sunniy lebih aku
cintai daripada ia berteman dengan ahli ibadah namun mubtadi’.” (Ibid nomor
89)
141. Ketika dikatakan kepada Malik bin Mighwal bahwa anaknya bermain-
main dengan burung, ia berkata:
“Alangkah baiknya apa yang menyibukkannya dari berteman dengan
mubtadi’.” (Ibid 133 nomor 90)
142. Imam Al Barbahary berkata :
“Jika kamu dapati seorang sunniy yang jelek thariqah dan madzhabnya, fasiq
dan fajir (durhaka), ahli maksiat sesat namun ia berpegang dengan sunnah,
bertemanlah dengannya, duduklah bersamanya sebab kemaksiatannya tidak
akan membahayakanmu. Dan jika kamu lihat seseorang giat beribadah,
meninggalkan kesenangan dunia, bersemangat dalam ibadah, pengekor
hawa nafsu (ahli bid’ah) maka jangan bermajelis atau duduk bersamanya dan
jangan pula dengarkan ucapannya serta jangan berjalan bersamanya di
suatu jalan karena saya tidak merasa aman kalau kamu merasa senang
berjalan dengannya lalu kamu celaka bersamanya.” (Syarhus Sunnah 124
nomor 149)
143. Abu Hatim berkata, saya mendengar Ahmad bin Sinan mengatakan :
“Seandainya bertetangga denganku pemusik tetap lebih aku sukai daripada ahli
bid’ah yang jadi jiranku. Karena pemusik itu mungkin dapat untuk saya larang
dan saya hancurkan musiknya (tamburnya) sedang mubtadi’ ia merusak
semua manusia, tetangga maupun para pemuda (tanpa disadari, ed.)” (Al
Ibanah 2/469 nomor 473)
144. Imam Asy Syafi’iy --rahimahullah-- berkata :
“Jika seorang hamba menghadap Allah dengan segenap dosa kecuali syirik
jauh lebih baik (lebih ringan dosanya, ed.) daripada ia menghadap Allah
membawa sesuatu berupa hawa nafsu (bid’ah).” (Syarhus Sunnah halaman
124, disandarkan kepada Al Baihaqy dalam I’tiqad 158)
145. Imam Ahmad berkata :
“Kuburan Ahli Sunnah pelaku dosa besar bagaikan taman sedang kuburnya ahli
bid’ah biarpun ahli zuhud adalah jurang (neraka). Orang fasiq di kalangan Ahli
Sunnah termasuk wali-wali Allah sedang orang-orang zuhud (ahli ibadah) dari
kalangan ahli bid’ah adalah musuh-musuh Allah.” (Thabaqat Hanabilah 1/184)
45Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/