Rabu, 22 Mei 2013

Perintah Mentaati Dan Memuliakan Penguasa Serta Tidak Memberontak Kepadanya



26.Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Meskipun kamu diperintah oleh budak Habsyi yang (jelek) terpotong
hidungnya tetaplah kamu mendengar dan mentaatinya selama ia
memimpinmu dengan Kitab Allah.” (Hadits shahih dalam As Sunnah Ibnu
Abi Ashim 1062)

27.Beliau bersabda :
“Barangsiapa yang mentaatiku berarti ia mentaati Allah dan siapa yang
bermaksiat kepadaku maka ia bermaksiat kepada Allah dan siapa yang taat
kepada amirnya (pemimpin/penguasa) berarti ia mentaatiku dan siapa yang
bermaksiat kepada amirnya (pemimpin/penguasa) maka ia berarti bermaksiat
kepadaku dan amirnya adalah tameng.” (Hadits shahih dalam As Sunnah
Ibnu Abi Ashim 1065-1068)
(Menurut Imam Al Qurthuby yang dinukil oleh Imam As Suyuthi dalam Kitab Az
Zahrur Riba, arti tameng di sini adalah ia (amir itu) diikuti pendapat dan
pandangannya dalam beberapa peraturan dalam menghadapi keadaan yang
mengkhawatirkan, pent.)

28.Dari Ady bin Hatim ia berkata, kami berkata :
“Ya Rasulullah, kami tidak bertanya tentang ketaatan kepada orang yang
bertaqwa tapi (bagaimana) terhadap orang yang berbuat begini dan begitu --
ia menyebut berbagai kejelekan--.” Beliau berkata : “Bertaqwalah kamu
kepada Allah dan tetaplah kamu mendengar dan mentaatinya.” (Hadits
shahih dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1069)

29.Dari Abi Sa’id Al Khudri ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam bersabda :
“Akan ada nanti para pemimpin yang kulit menjadi lunak terhadap mereka
sedangkan hati tidak tenteram kemudian akan ada pula para pemimpin yang
hati manusia gemetar karena mereka dan bulu kuduk berdiri karena (takut)
kepada mereka.” Lalu ada yang bertanya : “Ya Rasulullah apakah tidak
diperangi saja mereka?” Beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab : “Tidak,
selama mereka menegakkan shalat.” (Ibid nomor 1077)

30.Dari Abu Dzar radliyallahu 'anhu ia berkata :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mendatangiku ketika saya di mesjid
lalu beliau menyentuhku dengan kakinya dan bersabda : “Apakah kamu
sedang tidur di tempat ini?” Saya menjawab : “Wahai Rasulullah, mataku
mengalahkanku.” Beliau bersabda : “Bagaimana jika kamu diusir dari sini?”
Maka saya menjawab : “Sungguh saya akan memilih tanah Syam yang suci
dan diberkahi.” Beliau bertanya lagi : “Bagaimana jika kamu diusir dari
Syam?” Saya berkata : “Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya perangi
dia, ya Rasulullah?” Beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab : “Maukah
aku tunjukkan jalan yang lebih baik dari tindakan itu dan lebih dekat kepada
petunjuk --beliau ulangi dua kali--? Yaitu kamu dengar dan taati, kamu akan
digiring kemanapun mereka menggiringmu.” (Hadits shahih dalam As
Sunnah Ibnu Abi Ashim 1074)

31.Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan ia berkata, ketika Abu Dzar keluar
menuju Rabdzah, serombongan pengendara dari Iraq menemuinya
lalu berkata :
“Hai Abu Dzar, apa yang menimpamu telah sampai kepada kami,
pancangkanlah bendera jihad (berontak) niscaya akan datang kepadamu
orang-orang berapapun kamu kehendaki.” Ia berkata : [ Tenanglah hai kaum
Muslimin, sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam bersabda :
“Akan ada sesudahku nanti penguasa maka hormatilah dia, barangsiapa yang
mencari-cari kesalahannya maka ia berarti benar-benar merobohkan sendi-
sendi Islam dan tidak akan diterima taubatnya sampai mengembalikannya
seperti semula.” ] (Ibid nomor 1079)


32.Dari Qathn Abul Haitsami ia berkata bahwa Abu Ghalib bercerita
kepada kami, saya berada di sisi Abu Umamah ketika seseorang berkata
kepadanya :
“Apa pendapat Anda mengenai ayat :
Dia-lah yang telah menurunkan kepadamu Al Kitab di antaranya (berisi)
ayat yang muhkam itulah Ummul Kitab dan ayat lainnya adalah
mutasyabihat. Maka adapun orng-orang yang dalam hati mereka ada
(condong kepada kesesatan) maka mereka akan mengikuti ayat-ayat
mutasyabihat. (QS. Ali Imran : 7)
ayat-
ayat
zaigh
yang
Siapakah mereka (orang yang di hatinya terdapat zaigh) ini?” Ia berkata :
“Mereka adalah Khawarij, --beliau melanjutkan-- dan tetaplah kamu beriltizam
(komitmen) dengan As Sawadul A’zham.” Saya berkata : “Engkau telah
mengetahui apa yang ada pada mereka (penguasa).” Ia menjawab : “Kewajiban
mereka adalah apa yang dibebankan kepada mereka dan kewajiban kamu
adalah apa yang dibebankan kepadamu, taatilah mereka niscaya kamu akan
mendapat petunjuk.” (As Sunnah Ibnu Nashr 22 nomor 55)

33.Dari Daud bin Abil Furat ia berkata, Abu Ghalib bercerita kepadaku
bahwa Abu Umamah bercerita bahwa Bani Israil terpecah menjadi 71
golongan dan ummat ini lebih banyak satu golongan dari mereka,
semua di neraka kecuali As Sawadul A'zham, yakni Al Jamaah. Saya
berkata :
“Terkadang dapat diketahui apa yang ada pada As Sawadul A'zham --di masa
Khalifah Abdul Malik bin Marwan--.” Ia berkata : “Ketahuilah, sungguh demi
Allah saya benar-benar tidak suka perbuatan mereka namun bagi kewajiban
mereka adalah apa yang dibebankan kepada mereka dan kewajibanmu
adalah apa yang dibebankan kepadamu, di samping itu mendengar dan taat
kepada mereka lebih baik daripada durhaka dan bermaksiat kepada
mereka.” (Ibid nomor 56)

34.Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang memuliakan penguasa (yang dijadikan) Allah Yang Maha
Suci dan Maha Tinggi di dunia maka Allah memuliakannya pada hari kiamat dan
siapa yang menghinakan penguasa Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi di
dunia maka Allah hinakan dia pada hari kiamat.” (Ash Shahihah Al Albani
2297)

35.Beliau bersabda :
“Lima perkara, barangsiapa yang mengamalkan salah satunya ia mendapat
jaminan dari Allah Azza wa Jalla, yaitu (antara lain) barangsiapa yang masuk
kepada imam (pemimpinnya) untuk memuliakan dan menghormatinya.” (Hadits
shahih dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1021)

36.Dari Ubadah bin Ash Shamit radliyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam (beliau) bersabda :
“Dengar dan taatilah mereka baik --dalam-- kesulitan atau kemudahan,
gembira dan tidak suka, dan (meskipun) mereka bersikap egois (sewenang-
wenang) terhadapmu, walaupun mereka memakan hartamu dan memukul
punggungmu.” (Ibid, dishahihkan Al Albani 1026)


37.Dari Rabi’i bin Harrasy ia berkata, saya mendatangi Hudzaifah
radliyallahu 'anhu di Madain pada malam hari ketika banyak orang yang
mendatangi Utsman bin Affan radliyallahu 'anhu maka ia berkata :
“Hai Rabi’i! Apa yang dilakukan kaummu?” Saya menjawab : “Tentang kejadian
mana yang Anda tanyakan?” Ia berkata : “Tentang siapa di antara mereka
yang keluar (unjuk rasa/memberontak) kepada orang itu (Utsman)?” Maka
saya sebutkan nama-nama beberapa orang di antara mereka. Lalu kata
Hudzaifah : “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
bersabda :
Barangsiapa yang memisahkan diri dari Al Jamaah dan merendahkan
pemerintah maka ia akan menemui Allah Azza wa Jalla dalam keadaan tidak
mempunyai muka lagi --dalam lafaz Adz Dzahabi, tidak mempunyai hujjah--.”
(HR. Ahmad 5/387, Al Hakim menshahihkannya, dan disetujui Adz Dzahabi
1/119)


38.Imam Al Barbahary berkata, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan :
“Dengar dan taatilah para pemimpin dalam perkara yang dicintai dan diridlai
Allah! Dan siapa yang diserahi jabatan kekhalifahan dengan kesepakatan dan
keridlaan manusia kepadanya maka ia adalah Amirul Mukminin. Tidak halal
bagi siapapun untuk berdiam satu malam dalam keadaan tidak menganggap
adanya imam baik orang yang shalih ataupun durhaka.” (Thabaqat
Hanabilah 2/21 dan Syarhus Sunnah 77-78)
Kata Syaikh Jamal bin Farihan, ijma’ (kesepakatan manusia dan keridlaan
mereka) di sini maksudnya adalah manusia dari kalangan Ahlul Hali wal ‘Aqdi
(ulama mujtahid) bukan seluruh rakyat yang di dalamnya banyak terdapat
orang-orang yang bodoh. Maka perhatikanlah hal ini!

39.Kata beliau (dalam Syarhus Sunnah hal 77-78) :
“Barangsiapa yang keluar (demonstrasi/memberontak) kepada imam kaum
Muslimin maka ia Khawarij dan sungguh mereka telah mematahkan
tongkatnya kaum Muslimin, menyelisihi atsar maka mereka mati dalam
keadaan jahiliyyah.”

40.Dan kata beliau lagi :
“Tidak halal memerangi (memberontak) kepada penguasa dan keluar
(demonstrasi) terhadap mereka meskipun mereka jahat karena tidak ada
dalam As Sunnah (tuntunan) memerangi penguasa sebab yang demikian
mengakibatkan kerusakan dunia dan agama.”