Senin, 06 Mei 2013

Salafus Shalih Menilai Seseorang Dengan Melihat Teman Dekatnya



148. Abu Qilabah berkata :
[ Qaatalallahu! Semoga Allah binasakan penyair yang mengucapkan syair :
Janganlah bertanya siapa dia tapi tanyakan siapa temannya
Karena setiap orang akan meniru temannya ]
Saya katakan : “Ucapan Abu Qilabah (Qaatalallahu) ini adalah ungkapan yang
menunjukkan kekagumannya dengan bait syair tersebut dan ini adalah
syairnya Ady bin Zaid Al Abadiy.”
Al Ashma’iy berkata : “Saya belum pernah menemukan satu bait syair yang
paling menyerupai As Sunnah selain ucapan Ady ini.”
149. Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda
:
“(Agama) seseorang (dikenal) dari agama temannya maka perhatikanlah siapa
temanmu.” (As Shahihah 927)
150. Ibnu Mas’ud berkata :
“Nilailah seseorang itu dengan siapa ia berteman karena seorang Muslim
akan mengikuti Muslim yang lain dan seorang fajir akan mengikuti orang fajir
yang lainnya.” (Al Ibanah 2/477 nomor 502 dan Syarhus Sunnah Al
Baghawi 13/70)
151. Dan ia berkata :
“Seseorang itu akan berjalan dan berteman dengan orang yang dicintainya
dan mempunyai sifat seperti dirinya.” (Al Ibanah 2/476 nomor 499)
152. Beliau melanjutkan :
“Nilailah seseorang itu dengan temannya sebab sesungguhnya seseorang
tidak akan berteman kecuali dengan orang yang mengagumkannya (karena
seperti dia).” (Al Ibanah 2/477 nomor 501)
153. Abu Darda mengatakan :
“Tanda keilmuan seseorang (dilihat) dari jalan yang ditempuhnya, tempat
masuknya, dan majelisnya.” (Al Ibanah 2/464 nomor 459-460)
154. Yahya bin Abi Katsir mengatakan, Nabi Sulaiman bin Daud Alaihis Salam
bersabda :
“Jangan
menetapkan
penilaian
terhadap
48
seseorang
sampai
kamuMaktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
memperhatikan siapa yang menjadi temannya.” (Al Ibanah 2/480 nomor 514)
155. Musa bin Uqbah Ash Shuriy tiba di Baghdad dan hal ini disampaikan
kepada Imam Ahmad bin Hanbal lalu beliau berkata :
“Perhatikan dimana ia singgah dan kepada siapa dia berkunjung.” (Al Ibanah
2/479-480 nomor 511)
156. Qatadah berkata :
“Sesungguhnya kami, demi Allah belum pernah melihat seseorang menjadikan
teman buat dirinya kecuali yang memang menyerupai dia maka bertemanlah
dengan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba Allah agar kamu
digolongkan dengan mereka atau menjadi seperti mereka.” (Al Ibanah 2/477
nomor 500)
157. Syu’bah berkata, aku dapati tulisan dalam catatanku (menyatakan)
bahwasanya seseorang akan berteman dengan orang yang ia sukai. (Al
Ibanah 2/452 nomor 419-420)
158. Al Auza’iy berkata :
“Siapa yang menyembunyikan bid’ahnya dari kita tidak akan
menyembunyikan persahabatannya.” (Al Ibanah 2/476 nomor 498)
dapat
159. Al A’masy mengatakan :
“Biasanya Salafus Shalih tidak menanyakan (keadaan) seseorang sesudah
(mengetahui) tiga hal yaitu jalannya, tempat masuknya, dan teman-temannya.”
(Al Ibanah 2/476 nomor 498)
160. Ayyub As Sikhtiyani diundang untuk memandikan jenazah kemudian
beliau berangkat bersama beberapa orang. Ketika penutup wajah jenazah
itu disingkapkan beliau segera mengenalinya dan berkata :
“Kemarilah --kepada-- temanmu ini, saya tidak akan memandikannya karena
saya pernah melihatnya berjalan dengan seorang ahli bid’ah.” (Al Ibanah 2/478
nomor 503)
161. Abdullah bin Mas’ud berkata :
“Nilailah tanah ini dengan nama-namanya dan nilailah seorang teman dengan
siapa ia berteman.” (Al Ibanah 2/479 nomor 509-510)
162. Muhammad bin Abdullah Al Ghalabiy mengatakan :
“Ahli bid’ah itu akan menyembunyikan segala sesuatu kecuali persatuan dan
persahabatan (di antara mereka).” (Al Ibanah 1/205 nomor 44 dan 2/482
nomor 518)
163. Mu’adz bin Mu’adz berkata kepada Yahya bin Sa’id :
49Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
“Hai Abu Yahya, seseorang walapun dia menyembunyikan pemikirannya tidak
akan tersembunyi hal itu pada anaknya tidak pula pada teman-temannya atau
teman duduknya.”
164. Amru bin Qais Al Mulaiy berkata :
“Jika kamu lihat seorang pemuda tumbuh bersama Ahli Sunnah wal Jamaah
harapkanlah dia dan bila ia tumbuh bersama ahli bid’ah berputus-asalah kamu
dari (mengharap kebaikan)nya. Karena pemuda itu bergantung di atas apa yang
pertama kali ia tumbuh dan dibentuk.” (Al Ibanah 1/205 nomor 44 dan 2/482
nomor 518)
165. Ia --juga-- mengatakan :
“Seorang pemuda itu benar-benar akan berkembang maka jika ia lebih
mementingkan duduk dengan Ahli Ilmu ia akan selamat dan jika ia condong
kepada yang lain ia akan celaka.”
166. Ibnu Aun mengatakan :
“Siapa pun yang duduk dengan ahli bid’ah ia lebih berbahaya bagi kami
dibanding ahli bid’ah itu sendiri.” (Al Ibanah 2/273 nomor 486)
167. Ketika Sufyan Ats Tsaury datang ke Bashrah melihat keadaan Ar Rabi’ bin
Shabiih dan kedudukannya di tengah ummat, Yahya bin Sa’id Al Qaththan
berkata : “Ia bertanya apa madzhabnya?”
Mereka menjawab bahwa madzhabnya tidak lain adalah As Sunnah, ia berkata
lagi : “Siapa teman baiknya?”
Mereka menjawab : “Qadary.”
Beliau berkata : “Berarti ia seorang Qadariy.” (Al Ibanah 2/453 nomor 421)
Ibnu Baththah berkata : [ Semoga Allah merahmati Sufyan Ats Tsauri, ia
sungguh telah berbicara dengan Al Hikmah maka alangkah tepat ucapannya itu
dan ia juga telah berkata dengan ilmu yang sesuai dengan Al Quran dan As
Sunnah serta apa-apa yang sesuai dengan hikmah, realita, dan pemahaman Ahli
Bashirah, Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang bukan golonganmu (sebab) mereka
senantiasa menimbulkan bahaya bagi kamu dan mereka senang dengan apa
yang menyusahkanmu.” (QS. Ali Imran : 118) ]
168. Imam Abu Daud As Sijistaniy berkata, saya berkata kepada Imam Abu
Abdillah Ahmad bin Hanbal (jika) saya melihat seorang Sunniy bersama
ahli bid’ah apakah saya tinggalkan ucapannya?
Beliau menjawab : “Tidak. Sebelum kamu terangkan kepadanya bahwa orang
50Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
yang kamu lihat bersamanya itu adalah ahli bid’ah. Maka jika ia menjauhinya,
tetaplah bicara dengannya dan jika tidak mau gabungkan saja dengannya
(anggap saja ia ahli bid’ah). Ibnu Mas’ud pernah berkata, seseorang itu (dinilai)
siapa teman dekatnya.” (Thabaqat Hanabilah 1/160 no 216)
169. Ibnu Taimiyyah mengatakan :
“Dan siapa yang selalu berprasangka baik terhadap mereka (ahli bid’ah) --dan
mengaku belum mengetahui keadaan mereka-- kenalkanlah ahli bid’ah itu
padanya maka jika ia telah mengenalnya namun tidak menampakkan penolakan
terhadap mereka, gabungkanlah ia bersama mereka dan anggaplah ia dari
kalangan mereka juga.” (Al Majmu’ 2/133)
170. Utbah Al Ghulam berkata :
“Barangsiapa yang tidak bersama kami maka dia adalah lawan kami.” (Al Ibanah
2/437 nomor 487)
171. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Ruh-ruh itu adalah juga sepasukan tentara maka yang saling mengenal akan
bergabung dan yang tidak mengenal akan berselisih.” (HR. Al Bukhary 3158
dan Muslim 2638)
172. Al Fudlail bin Iyyadl mengomentari hadits ini dengan berkata :
“Tidak mungkin seorang Sunniy akan berbasa-basi kepada ahli bid’ah kecuali
jika ia dari kalangan munafiq.” (Lihat Ar Rad Alal Mubtadi’ah li Ibni Al Banna)
173. Ibnu Mas’ud berkata :
“Jika seorang Mukmin memasuki mesjid yang di dalamnya berkumpul 100 orang
dan yang muslim hanya satu ia tentu akan masuk ke dalamnya lalu duduk di
dekatnya dan jika seorang munafiq memasuki mesjid yang di dalamnya
berkumpul 100 orang dan hanya terdapat satu orang munafiq juga ia akan tetap
masuk dan duduk di dekatnya.”
174. Hammad bin Zaid mengatakan, Yunus berkata kepadaku :
“Hai Hammad, sesungguhnya jika saya melihat seorang pemuda berada di atas
perkara yang mungkar saya tetap tidak akan berputus-asa mengharapkan
kebaikannya kecuali bila saya melihatnya duduk bersama ahli bid’ah maka ketika
itu saya tahu kalau dia binasa.” (Al Kifayah 91, Syarh Ilal At Tirmidzy 1/349)
175. Ahmad bin Hanbal berkata :
“Jika kamu melihat seorang pemuda tumbuh bersama Ahli Sunnah wal Jamaah
maka harapkanlah (kebaikannya) dan jika kamu lihat dia tumbuh bersama ahli
bid’ah maka berputus-asalah kamu dari (mengharap kebaikan)nya. Karena
sesungguhnya pemuda itu tergantung di atas apa ia pertama kali tumbuh.” (Al
51Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
Adabus Syari’ah Ibnu Muflih 3/77)
176. Dlamrah bin Rabi’ah berkata, (saya mendengar) dari Ibnu Syaudzab Al
Khurasaniy berkata :
“Sesungguhnya di antara kenikmatan yang Allah berikan kepada para pemuda
ialah ketika ia beribadah dan bersaudara dengan seorang Ahli Sunnah. Dan ia
akan bergabung bersamanya di atas As Sunnah.” (Al Ibanah 1/205 nomor 43
dan Ash Shughra 133 nomor 91 dan Al Lalikai 1/60 nomor 31)
177. Dari Abdullah bin Syaudzab dari Ayyub ia berkata :
“Termasuk kenikmatan bagi seorang pemuda dan orang-orang non Arab ialah
jika Allah menurunkan taufiq kepada mereka untuk mengikuti orang yang berilmu
di kalangan Ahli Sunnah.” (Al Lalikai 1/60 nomor 30)
52Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/