Selasa, 28 Mei 2013

Sebab-Sebab Jatuhnya Seseorang Kepada Bid’ah Dan Hawa Nafsu



220. Ibnu Baththah Al Ukbary berkata :
“Saya pernah melihat sekelompok manusia yang dahulunya melaknat dan
mencaci ahli bid’ah lalu mereka duduk bersama ahli bid’ah untuk mengingkari
dan membantah mereka dan terus menerus orang-orang itu bermudah-mudah
sedangkan tipu daya itu sangat halus (tersamar) dan kekafiran sangat lembut
(merambat) dan akhirnya tercurah kepada mereka.” (Al Ibanah 2/470)
221. Muhammad bin Al Ala’ Abu Bakr menceritakan kepada kami dari
Mughirah ia berkata, Muhammad bin As Saib keluar --dan ia bukan ahli
bid’ah-- ia berkata :
“Pergilah bersama kami sampai kita mendengar ucapan mereka (ahli bid’ah)
maka ia tidak kembali sampai akhirnya ia menerima kebid’ahan itu dan hatinya
terikat dengan ucapan mereka.” (Al Ibanah 2/470 nomor 476-477 dan
Tahdzibut Tahdzib 8/113)
222. Al Ashma’i berkata :
“Mu’tamir menceritakan kepada kami dari Utsman Al Buty, ia berkata bahwa
Imran bin Haththan adalah seorang Sunniy lalu datang pelayan dari penduduk
Amman seperti bighal (seorang mubtadi’, ed.) maka ia membalikkan hatinya di
tempat duduknya (berubah saat itu juga, ed.).” (Bayan Fadlli Ilmis Salaf
halaman 36)
223. Abu Hatim berkata, diceritakan kepadaku dari Abu Bakr bin Ayyasy, ia
berkata, Mughirah mengatakan bahwa Muhammad bin As Saib berkata :
“Marilah kita menuju ke tempat orang Murjiah agar mendengar ucapan mereka.”
(Kata Mughirah) akhirnya ia tidak kembali sampai hatinya terpaut dengan ucapan
itu. (Al Ibanah 2/462-471 nomor 449 dan 480)
64Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
BAB 24
Pedoman Agar Tidak Jatuh Kepada Kebid’ahan Dan Hawa Nafsu
224. Ahmad bin Abil Hawary berkata, Abdullah bin As Sariy --seorang yang
khusyu’ dan belum pernah saya dapati orang yang lebih khusyu’
daripadanya-- ia berkata :
“Bagi kami bukanlah dikatakan Sunnah jika kamu membantah ahli bid’ah namun
Sunnah itu adalah bahwa kamu tidak mengajak ahli bid’ah berbincang-bincang.”
(Al Ibanah 2/471 nomor 478 dan 479)
225. Hammad bin Zaid dari Ayyub ia berkata :
“Tidak ada bantahanku terhadap mereka yang lebih keras daripada diamku
(tidak mengajak mereka berbicara, ed.).” (Ibid)
226. Abu Abdillah bin Baththah berkata :
[ Allah, Allah, wahai kaum Muslimin, janganlah ada seorang pun dari kalian yang
terbawa oleh sikap baik sangka terhadap dirinya sendiri atau oleh
pengetahuannya tentang madzhab yang benar untuk (mencoba) masuk ke
dalam bahaya yang mengancam agamanya (seandainya) ia duduk dengan ahli
bid’ah lalu ia berkata :
“Saya akan menemui mereka untuk mematahkan hujjah mereka atau saya akan
membuat mereka keluar dari madzhab mereka yang rusak ini.”
Sebab sesungguhnya ahli bid’ah itu lebih berbahaya dari dajjal dan ucapan
mereka lebih melekat dari penyakit kudis bahkan lebih membakar dari lidah api. ]
(Ibid)
227. Imam Ahmad berkata :
“Yang selalu kami dengar dan kami dapatkan dari uraian Ahli Ilmu bahwa
mereka sangat membenci perbincangan dan duduk dengan ahli zaigh dan
sesungguhnya perkara penting dalam agama ini adalah sikap menerima (tunduk)
dan kembali kepada apa yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah bukan
duduk-duduk dengan ahli bid’ah dan ahli zaigh untuk membantah argumentasi
mereka karena sesungguhnya mereka tentu akan mengelabui kamu sedangkan
mereka tidak akan kembali (kepada yang haq). Maka yang selamat --Insya Allah-
- adalah dengan meninggalkan majelis mereka dan tidak membahas bid’ah dan
kesesatan mereka.” (Al Ibanah 2/472 nomor 481)
65Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
BAB 25
Membantah Ahli Bid’ah Harus Dengan As Sunnah
228. Umar bin Al Khaththab berkata :
“Akan datang orang-orang yang akan mendebatmu dengan ayat-ayat
mutasyabihat dari Al Quran maka bantahlah mereka dengan As Sunnah karena
sesungguhnya Ahlus Sunnah paling tahu kandungan Kitab Allah Azza wa Jalla.”
(Al Hujjah 1/313, Asy Syari’ah 58, Ad Darimy 1/62 nomor 119, Al Lalikai
1/123 nomor 202, Al Ibanah 1/250 nomor 83 dan 84, Al Baghawy 1/202)
229. Ini juga dikatakan Aly bin Abi Thalib. (Al Lalikai 1/123 nomor 203 dan Al
Hujjah 1/313)
230. Ibnu Rajab Al Hanbaly menukil keterangan sebagian ulama Salafus Shalih
bahwa dikatakan kepadanya : “Bolehkah seseorang yang mempunyai ilmu
tentang As Sunnah membantah ahli bid’ah?”
Ia menjawab : “Tidak! Tapi hendaknya ia menerangkan As Sunnah itu kalau
diterima itu lebih baik baginya dan jika tidak maka (sebaiknya) ia diam saja
(jangan berdebat, ed.).” (Bayanu Fadlli Ilmis Salaf ala Ilmil Khalaf halaman
36)
231. Ibnu Baththah Al Akbary berkata :
“Hendaknya bekalmu untuk membimbing dan menghentikan bid’ah bersumber
dari Al Quran dan As Sunnah serta Atsar yang shahih yang datang dari ulama
ummat ini baik dari shahabat maupun tabi’in.” (Al Ibanah 2/541)
66Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/
BAB 26
Shifat Al Ghuraba’
232. Al Fudlail bin Iyyadl berkata :
“Ikutilah jalan-jalan petunjuk! Dan tidak akan merugikanmu meskipun sedikit
orang yang menempuhnya. Sebaliknya jauhilah jalan-jalan kesesatan! Dan
jangan tertipu dengan banyaknya orang-orang yang celaka di dalamnya.” (Al
I’tisham 1/112)
233. Al Hasan Al Bashry berkata :
“Amal yang sedikit dalam Sunnah lebih baik daripada amalan yang banyak di
dalam bid’ah.” (Tahdzibut Tahdzib 10/180)
234. Beliau juga berkata :
“Wahai Ahlus Sunnah, berteman baiklah kalian! --Semoga Allah merahmati
kamu-- sesungguhnya kalian adalah kelompok manusia yang sangat sedikit
jumlahnya.” (Al Lalikai 1/57 nomor 19)
235. Dari Yunus bin Ubaid ia berkata :
“Seorang yang disampaikan kepadanya As Sunnah kemudian menerimanya
akhirnya menjadi orang yang asing namun lebih asing lagi adalah yang
menyampaikannya. (Beruntunglah orang-orang yang asing, pent.).” (Al Lalikai
1/58 nomor 21 dan Al Hilyah Abu Nu’aim 3/12)
236. Abu Idris Al Khulaniy berkata :
“Saya mendengar bahwa dalam Islam ini terdapat tali tempat bergantung
manusia dan tali itu akan terurai seutas demi seutas tali maka yang pertama
terlepas dari tali itu adalah sifat halim (lemah-lembut) dan yang paling akhir
adalah shalat.” (Ibnu Wudldlah 73)
237. Dari Ibnul Mubarak dari Sufyan Ats Tsauri ia berkata :
“Berwasiatlah kamu terhadap Ahlis Sunnah dengan kebaikan karena
sesungguhnya mereka adalah Ghuraba’ (orang-orang yang asing).” (Al Lalikai
1/644 nomor 49-50)
238. Dari Yusuf bin Asbath ia berkata, saya mendengar Sufyan Ats Tsauri
berkata :
“Jika kamu mendengar berita bahwa di belahan bumi timur ada seorang Ahli
Sunnah dan di barat ada seorang Ahli Sunnah, kirimkanlah salam buat keduanya
dan doakan kebaikan untuk mereka! Sungguh alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah
wal Jamaah itu.” (Ibid)
67Maktabah As Sunnah
http://assunnah.cjb.net/